Dicari: Talenta Hijau demi Dekarbonisasi Ekonomi
2 Mei 2023Adalah keliru membatasi lingkup "pekerjaan hijau” pada produksi atau instalasi pembangkit energi terbarukan, desain berkelanjutan atau bahkan pegawai taman nasional dan pelaku konservasi flora dan fauna.
Menurut jejaring profesional, LinkedIn, profesi baru ini menuntut pengetahuan yang luas tentang teknologi hijau atau manajemenberkelanjutan. Tapi jumlah penerimaan pegawai berkualifikasi serupa baru mencapai satu persen dalam skala global pada 2021 silam.
Dalam laporannya 2022 silam, LinkedIn juga mencatat "pekerjaan menghijaukan” dengan 9 persen penerimaan dan "pekerjaan berpotensi menghijaukan,” yang mewakili 40 persen penerimaan pegawai baru.
Termasuk ke dalam "pekerjaan menghijaukan” adalah teknisi penyejuk ruangan, manajer logistik atau pegawai konstruksi.
Apa itu kemampuan "hijau”
Pemerintah atau pelaku usaha di banyak negara sudah mengadopsi perubahan demi keberlanjutan, mulai dari sektor makanan dan tekstil atau kehutanan dan keuangan.
"Pada dasarnya, kita ingin membuat semua profesi dan lapangan kerja menjadi sedikit lebih hijau,” kata Nick Pesta, peneliti senior di RMI, sebuah lembaga wadah pemikir AS yang fokus pada transisi energi terbarukan.
Tenaga kerja harus dibekali dengan kemampuan yang memungkinkan praktik berkelanjutan. Contohnya adalah mitigasi polusi atau pencegahan limbah, restorasi lingkungan, pengadaan yang berkelanjutan, produksi dan pengelolaan energi terbarukan, serta penghitungan emisi gas rumah kaca.
Sejumlah analis menilai jangkauan "green jobs” bahkan mencakup kemampuan lunak seperti kreativitas, manajemen risiko atau pola pikir sistemik dan solutif.
Pertumbuhan lambat
Menurut LinkedIn, profesi hijau dengan pertumbuhan tercepat antara 2016 dan 2021 adalah manajer keberlanjutan yang tumbuh 30 persen. Posisi kedua ditempati teknisi kincir angin, konsultan panel surya, ekologis, serta tenaga ahli lingkungan dan keselamatan.
Adapun jenis kemampuan yang paling diminati secara global saat ini adalah fesyen berkelanjutan, mulai dari desainer, penata busana atau toko pakaian. Kemampuan lain yang mulai dicari adalah ahli pembersihan tumpahan minyak, jasa lingkungan, manajemen air dan iklim.
Namun begitu, LinkedIn mencatat jumlah "talenta hijau” di pasar tenaga kerja masih lebih sedikit ketimbang tawaran kerja di sektor hijau. Sebab itu, pemerintah diminta membantu menggerakkan perusahaan dan lembaga pendidikan menuju masa depan berkelanjutan.
Menurut Nicole Sherwin dari lembaga pemeringkat berkelanjutan, EcoVadis, penyesuaian kemampuan tenaga kerja bisa membantu menciptakan "bisnis yang lebih kompetitif dan tahan banting, serta memberdayakan pegawai agar lebih bahagia dan produktif.”
Sebuah riset pada 2023 ini menemukan, negara-negara berkembang seperti India, Brasil, Afrika Selatan dan Indonesia, membutuhkan lebih banyak kemampuan hijau ketimbang rata-rata dunia.
rzn/as (Reuters)