Tajuk: Jelang Hari Buruh
27 April 2012Puluhan Euro atau ratusan ribu rupiah, harga sepatu yang bertengger di toko-toko olahraga di Eropa. Tertera di dalamnya tulisan „Buatan Indonesia“, artinya diproduksi oleh keringat-keringat buruh Indonesia.
Namun dari harga semahal itu, upah buruh yang mengerjakan produk itu mengenaskan. Bukan rahasia lagi, dibandingkan negara-negara tetangga, upah buruh Indonesia masih tertinggal.
Hanya berkisar 30 ribu rupiah per hari. Bandingkan dengan upah buruh Malaysia yang hampir mencapai seratus ribu rupiah per hari. Upah buruh Indonesia masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan upah buruh di Thailand, Vietnam atau Cina.
Kebijakan rezim yang lebih mengutamakan kepentingan investasi selama ini telah menyebabkan pemerintah lalai mensejahterahkan warganya. Padahal buruh merupakan tulang punggung perekonomian.
Termasuk, tentu saja buruh migran, yang menyumbangkan devisa besar. Aspirasi buruh yang berusaha menuntut kesejahteraannya malah dijawab dengan tindakan represif aparat.
Pemerintah harus lebih memperhatikan nasib kaum pekerja. Jika pemerintah serius mengatasi korupsi, maka pungutan liar yang selama ini diperkirakan berkisar 30 persen dari biaya produksi tentu bisa dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh.
Pemerintah berkewajiban memperbaiki sistem outsourcing yang merugikan buruh. Pemerintah juga harus menindak para pengusaha bandel yang mengemplang upah atau melakukan akal-akalan dengan menggabungkan komponen upah buruh ke dalam satu gaji pokok, agar lebih murah.
Beban hiduplah, yang selama ini mendorong buruh akhirnya memilih mogok atau turun ke jalan. Peringatan hari buruh 1 Mei adalah pengingat, bahwa masih ada banyak masalah dalam dunia ketenagakerjaan kita.