Tajuk: Cina Hanya Bisa Sesali Korea Utara
13 Desember 2012Peluncuran roket sudah diumumkan dan reaksinya sudah diduga. Seoul, Tokyo dan Washington satu suara mengkategorikannya sebagai tes rudal balistik dan dengan begitu mendakwanya “tak bertanggung jawab” dan “provokatif”. Seruan agar tindakan itu ada konsekuensinya bertambah kuat, yaitu agar Dewan Keamanan PBB mengadakan sidang khusus untuk membahasnya.
Meski kurang tajam, dari Beijing terdengar suara kritik. Menyesalkan, itulah pilihan katanya, dan Korea Utara diharapkan memperhatikan resolusi PBB. Tetapi Beijing kemungkinan akan enggan bersikap lebih keras terhadap tetangga. Dan Pyongyang boleh yakin, bahwa di Dewan Keamanan Cina akan mengupayakan agar Korea Utara tidak dijatuhi sanksi yang kelewat berat.
Cina adalah mitra terakhir Korea Utara, yang dalam kemiskinannya tergantung total pada Cina. 60 tahun lalu, ketika Beijing mendukung Pyongyang dalam perang Korea, hubungan kedua negara itu dipropagandakan ibaratnya "sedekat gigi dengan bibirnya". Tetapi sejak Cina 30 tahun lalu melancarkan reformasi ekonomi dan mempromosi "sosialisme yang berkarakteristik Cina", hubungan kedua negara renggang. Terkadang harus menggigit bibir untuk menjaga propaganda.
Sejauh mana kekesalan Cina terhadap langkah mandiri Korea Utara dalam urusan nuklir dan peluncuran roket, juga terhadap politik luar negeri Korea Utara yang provokatif dan tak terkendali, terbaca dalam bocoran Wikileaks tahun 2010. Ketika itu, di depan diplomat Korea Selatan seorang pejabat tinggi Kementrian Luar Negeri Cina membandingkan Korea Utara dengan anak bengal.
Masalah Cina terkait Korea Utara adalah: sedikitnya instrumen yang dimiliki untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah di Pyongyang. Tentu saja Beijing mampu merugikan Korea Utara secara besar-besaran. Untuk itu Beijing hanya perlu membekukan hubungan ekonomi dan perdagangannya. Tapi dengan begitu salah satu tujuan utama politik luar negeri Beijing akan terancam, yakni mempertahankan status quo di Semenanjung Korea.
Beijing ingin menghindari implosi Korea Utara yang miskin, karena bisa menimbulkan gelombang pengungsian. Selain itu Beijing memandang Korea Utara sebagai negara penyangga, antara batas negaranya dan pasukan militer AS yang bermarkas di Korea Selatan. Itu tidak akan dilepaskan Cina. Tampaknya jajaran pemimpin baru Cina juga akan memandang masalah ini demikian.