Tahun 2015 Perempuan Saudi Peroleh Hak Suara
26 September 2011"El sabr gamil – Bersabar itu indah" , demikian sebuah pepatah Arab Saudi. Perempuan Arab Saudi cukup banyak menyimpan kesabarannya. Misalnya saja dalam pemilu komunal yang berlangsung kamis (26/09) depan, mereka harus tetap diam di rumah.
Tetapi, di masa depan mereka diperbolehkan ambil bagian dalam pemilu, demikian ditegaskan oleh Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz al-Saud. "Kami telah memutuskan. Pertama-tama, dalam pemilihan berdasarkan hukum syariah, perempuan dapat diangkat dalam Dewan Syura,“ ujar raja berusia 83 tahun ini.
Berita itu sontak disambut tepuk tangan para pria di aula. Mereka adalah Dewan Syura, yang merupakan badan penasehat paling penting di Arab Saudi, yang baru diangkat dalam periode ini. Pada bulan Juni lalu, Dewan Syura sendiri yang menganjurkan hal tersebut.
Raja Abdullah melanjutkan penjelasannya atas berita sensasional ini: "Kedua, dalam pemilu komunal berikutnya, perempuan dibolehkan memilih dan mencalonkan diri.“
Apabila perkataan ini benar terwujud, maka ini akan menjadi langkah politik sangat penting di negeri itu. Untuk pertama kalinya perempuan Saudi ambil bagian dalam pemilu daerah tahun 2015.
Sekian lamanya, Arab Saudi menjadi satu-satunya negara Muslim yang menolak keikutsertaan perempuan dalam pemilu. Kerajaan Teluk ini mengintepretasikan hukum Islam yang keras dan dengan menerapkan banyak ketentuan yang merugikan perempuan.
Perempuan dilarang bekerja, bepergian, menikah atau bahkan hal yang sederhana seperti ke dokter, bila tak ada izin dari anggota keluarga pria. Mereka juga tak boleh mengemudi. Juni lalu, beberapa pembangkang duduk di belakang kemudi dan mengkampanyekan anti larangan mengemudi bagi perempuan. Akibatnya, beberapa perempuan itupun ditangkap.
Sejumlah perempuan juga menyerukan revolusi mini dengan ajakan aksi protes turun ke jalan lewat jejaring sosial facebook. Setelah sejumlah demonstrasi di negara-negara Arab lainnya, maka kerajaan Arab Saudi yang kaku pun cukup panik dengan ajakan revolusi mini perempuan tersebut.
Raja Abdullah mengatakan, "Semua mengetahui, bahwa dalam sejarahnya perempuan Muslim harus menghadapi berbagai situasi. Sejak jaman Nabi Muhammad, kita tidak boleh mengabaikan pendapat dan saran perempuan. Sebuah modernisasi yang seimbang merupakan tantangan penting, yang sesuai dengan norma-norma Islam. Di masa ini, tidak ada tempat bagi pengecut dan orang yang ragu-ragu.“
Namun perempuan Arab Saudi masih harus menahan diri untuk bergembira. Karena seperti dikatakan: Suara perempuan masih belum didengar di Arab Saudi. Sekali lagi, El sabr gamil – sabar itu indah. Apalagi terhadap sesuatu yang layak untuk dinanti.
Cornelia Wegerhoff/Ayu Purwaningsih
Editor: Pasuhuk