Sutradara Muda Berjaya di Berlinale 2012
8 Februari 2012"Gebrakan dan Revolusi dalam Masyarakat" merupakan tema utama yang diangkat dalam Festival Film Berlinale tahun ini, ungkap direktur festival itu Dieter Kosslick. Sebenarnya pada tahun lalu pun, tema itu juga cukup pas. Sekitar 400 film yang akan diputar perdana dalam festival itu bertemakan revolusi di sejumlah negara. Tapi apa semua film yang diputar dalam festival film internasional Berlinale 2012 bertemakan revolusi?
Tak Mengandalkan Sutradara Mapan
Sebenarnya yang lebih penting adalah kualitas karya-karya yang ditampilkan. Itu pun baru terlihat setelah pemutaran, tentu saja. Dalam beberapa tahun terakhir ini Kosslick dan timnya mendapatkan kritik tajam karena rendahnya kualitas film-film yang dipertandingkan. Kini semua pihak menunggu-nunggu bagaimana persaingan tahun ini memperebutkan Beruang Emas dan Beruang Perak. Hampir tidak ada nama-nama besar dan terkenal dalam daftar sutradara film kompetisi. Berlinale, sejak dulu, jadi seperti festival film pemanasan menuju Festival Film Cannes, Perancis, yang biasa digelar bulan Mei. Film-film Hollywood tampaknya juga tidak tertarik untuk diputar di Berlin. Industri perfilman AS menganggap pemutaran karyanya di Berlinale tidak penting atau bahkan akan menghambat pemasaran film nantinya.
Semua itu kemudian tidak menjadi kekurangan Berlinale ke-62 tahun ini. Sutradara pemula, tak terkenal, atau pun dari negara yang belum pernah tampil, bukan berarti tidak mendapatkan peluang di Berlin. Tahun ini ada 23 film utama yang diputar perdana, lima di antaranya di luar kompetisi.
Empat Film Indonesia di Berlinale 2012
Dalam Berlinale 2012, Indonesia diwakili satu film cerita pendek, satu film dokumenter, dan dua film cerita.
Film 7 Deadly Kisses, berdurasi empat menit, lolos seleksi kategori Panorama Supporting Film Berlinale 2012. Film itu bercerita tentang tujuh teknik ciuman yang paling dibenci perempuan. 7 Deadly Kisses disutradarai Sammaria Simanjuntak dan dibintangi Sunny Soon, Daud Sumolang dan Vivian Idris.
Anak-anak Srikandi, film dokumenter, masuk kategori Panorama Dokumente. Film berdurasi 73 menit ini berisi kisah nyata delapan perempuan gay di Indonesia. Anak-anak Srikandi disutradarai para pemilik kisah dan merupakan produksi gabungan Indonesia, Swiss, dan Jerman.
Film anak Indonesia juga terwakili di Berlinale 2012. Adalah Kamila Andini, anak Garin Nugroho yang menyutradai The Mirror Never Lies. Film ini menceritakan seorang anak perempuan suku Bajo bernama Pakis, tinggal di kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Suatu hari ayah Pakis hilang di laut. Ibunya dan Pakis harus berjuang menghadapi rasa kehilangan. The Mirror Lever Lies masuk dalam kategori Generation Kplus atau film anak-anak dan remaja.
Kebun Binatang atau Postcard from the Zoo, lolos seleksi kategori kompetisi. Film ini merupakan proyek Edwin, sang sutradara, yang mendapatkan bantuan promosi dan pendanaan dari L'Atelier Cinefondation, bagian dari Festival Film Cannes. Karya-karya Edwin sebelumnya antara lain Kara, Anak Sebatang Pohon, film pendek pertama dari Indonesia yang diputar pada Malam Seleksi Film oleh Sutradara di Festival Cannes 2005. Film panjang karya Edwin, Babi Buta yang Ingin Terbang, memenangkan penghargaan FIPRESCI di festival film Rotterdam 2009 silam.
Jochen Kürten/Luky Setyarini
Editor: Edith Koesoemawiria