Suriah Masih Panas
15 April 2011Presiden Suriah Bashar al Assad berusaha untuk menghentikan aksi protes baru yang akan digelar Jumat ini (15/04). Ia telah mengumumkan kabinet baru dan memerintahkan pembebasan para tahanan. Namun, sepertinya usaha tersebut tidak akan memuaskan para demonstran yang menuntut kebebasan berpolitik dan pemberantasan korupsi. Kabinet hanya memiliki sedikit kekuasaan dan pembebasan tahanan tidak termasuk mereka yang melakukan kejahatan 'terhadap bangsa dan warga'.
Organisasi kemanusiaan Human Rights Watch juga mengatakan, pihak kemanan dan badan intelejen telah menangkap dan menyiksa ratusan demonstran sejak aksi protes anti rezim dimulai. Organisasi ini mendesak pemerintah Suriah untuk segera menghentikan penyiksaan dan membebaskan semua demonstran, aktivis dan jurnalis.
Sejak empat minggu, bentrokan kerap terjadi antara demonstran dan pasukan pemerintah. Marwan Kabala dari universitas di Damaskus memprediksi, "Ini tidak akan berakhir. Minggu-minggu terakhir menunjukkan, kekerasan akan menghasilkan kekerasan. Pertumpahan darah akan menimbulkan pertumpahan darah. Ini lingkaran setan. Setiap orang takut untuk masuk ke negara ini."
Suriah memang sepertinya tidak membiarkan siapa pun masuk. Wartawan asing ditangkap dan dideportasi. Agen perjalanan mengeluarkan Suriah dari program wisata. Informasi yang tidak disensor sulit untuk ditemukan. Para pejuang HAM menyebut jumlah korban tewas mencapai 200 orang. Amerika Serikat menuduh Iran turut membantu Suriah dalam usaha menghentikan para demonstran pro demokrasi. Sebaliknya, rezim Presiden al Assad menyalahkan negara asing sebagai penyebab kerusuhan. Televisi resmi pemerintah menunjukkan sekelompok pria yang mengatakan mendapat uang dan senjata dari Libanon untuk menambah panas situasi di Suriah.
Al Assad dan para pimpinan Suriah tidak bisa dan tidak mau menerima alasan para demonstran. Setelah mengalami isolasi internasional bertahun-tahun mereka masih menganggap diri mereka bagian dari kelompok elit Arab. Pakar urusan Timur Tengah Lamis Andoni mengatakan, "Rezim membentuk sebuah ilusi sendiri, bahwa Suriah adalah negara luar biasa karena menentang Israel. Bagi mereka ini cukup sebagai legitimasi terhadap rakyat sendiri. Jadi mereka merasa diri mereka kebal terhadap perkembangan yang ada di Mesir atau Tunisia."
Dua kubu yang semakin bersikeras. Di satu sisi aparat negara yang kaku dan di sisi lain massa yang frustasi. Ancaman akan semakin banyak kekerasan, penangkapan, korban tewas dan korban luka akan terus menghantui warga Suriah.
Ulrich Leidholdt/Vidi Legowo-Zipperer
Editor: Hendra Pasuhuk