Superstar Wine Langka asal Indonesia Diadili
11 April 2013Rudy Kurniawan yang pernah dijuluki satu diantara penjual wine langka paling berpengaruh di dunia, menyatakan diri tidak bersalah di pengadilan Amerika yang mendakwanya telah melakukan penipuan.
Kurniawan, 36 tahun, memasuki pengadilan federal New York setelah jaksa penuntut mendaftarkan dakwaan baru.
Hakim Richard Berman sebetulnya menetapkan tanggal 9 September lalu untuk memulai persidangan, namun tertunda karena saksi penting dari pabrik wine yang diajukan jaksa penuntut tidak bisa bepergian selama masa panen anggur di musim gugur.
“Masa-masa itu seperti minggu-minggu pajak bagi akuntan, itu adalah masa sibuk bagi mereka,” kata jaksa penuntut Jason Hernandez.
Superstar Wine Langka
Kurniawan, 36 tahun, laki-laki bertubuh kurus, tidak begitu tinggi dan memiliki wajah kekanakan memasuki pengadilan dengan memakai seragam tahanan. Penampilannya ini jauh dari gaya hidupnya di California setahun lalu, saat dia menjadi seorang superstar di kalangan bisnis wine kelas atas.
Bergabung dalam lingkaran di mana sebotol anggur merah harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah, Kurniawan -- yang juga dijuluki “Dr Conti” dan “Mr 47” -- adalah kolektor karya seni kontemporer mahal, arloji Patek Philippe dan memiliki deretan mobil mewah termasuk Lamborghini.
"Kurniawan muncul sebagai salah satu penjual anggur langka mahal paling terkenal dan produktif di Amerika,” demikian isi dakwaan.
Dalam kenyataannya, kata jaksa penuntut, sejak 2004 hingga Februari 2012, Kurniawan melakukan penipuan dan pemalsuan canggih kepada orang lain lewat cara yang sebetulnya sederhana.
Tipuan Sederhana
Kolektor kaya mempercayai reputasinya untuk keahlian yang tidak tertandingi, sehingga diduga yang dia lakukan hanyalah mencetak label palsu dan mengisi botol asli yang sudah kosong dengan anggur yang dibeli di toko.
Dari sana, yang dia butuhkan hanyalah kemampuan persuasif sebagai seorang salesman, menipu milyarder Amerika seperti Bill Koch, yang menggugat Kurniawan dalam kasus penipuan anggur terpisah di pengadilan yang sama.
Dituduh mengubah rumahnya di California menjadi sebuah “laboratoriun anggur palsu,” Kurniawan “mencampur dan menyatukan wine dengan harga yang lebih murah sehingga rasanya mirip dengan karakter anggur langka yang harganya jauh lebih mahal,” kata jaksa.
“Kurniawan menuangkan kreasinya ke dalam botol-botol kosong dari wine langka dan mahal,” demikian isi surat dakwaan yang dibacakan, lalu “menciptakan produk jadi: menyegel botol dengan gabus dan menempeli botol-botol itu dengan label anggur palsu.”
Diantara anggur palsu yang dijual Kurniawan adalah Chateau Petrus 1947 yang dia jual per botol seharga hampir Rp 300 juta pada tahun 2005 dan Domaine de la Romanee-Conti 1934 yang dia jual hampir Rp 130 juta per botol pada tahun berikutnya.
Jejak Mencurigakan
Tapi “sentuhan emas” Kurniawan ternoda pada April 2008, saat dia mencoba melelang 97 botol anggur yang dia klaim berasal dari pabrik Burgundy Domaine Ponsot Prancis, di sebuah balai lelang New York.
Botol-botol anggur milik Kurniawan itu ditarik dari pelelangan setelah ketahuan -- wine itu diberi label produksi tahun 1929, sementara Domaine Ponsot baru mulai menjual anggur itu pada tahun 1934.
“Setidaknya 84 dari 97 botol Domaine Ponsot itu palsu,” demikian isi surat dakwaan.
Pada Februari 2012, Kurniawan dituduh mencoba menjual Domaine de la Romanee-Conti dan Domaine Comte Georges de Vogue di sebuah balai lelang di London, dengan perkiraan nilai hampir Rp 1 milyar. Namun banyak kalangan skeptis dan memperingatkan rumah lelang yang akhirnya membatalkan sebagian besar anggur itu dari pelelangan.
Pada saat ditangkap di kediamannya, FBI menemukan pasokan botol, label, segel gabus, dan berbagai peralatan lain yang diduga dipergunakan untuk membuat wine palsu.
ab/hp (afp/ap/dpa)