Subsidi Bidang Pertanian Uni Eropa
15 Juli 2009Setelah Jerman juga mempublikasikan data penerima subsidi pertanian Uni Eropa, banyak yang bertanya untuk apa saja uang yang berasal dari pembayar pajak itu dipergunakan.
Subsidi itu dulunya dipergunakan untuk melipatgandakan produksi pertanian. Dampaknya adalah kelebihan produksi dalam bentuk apa yang disebut lautan susu, gunung mentega dan masih banyak lagi, yang tidak mampu lagi ditampung pasar. Gambar-gambar tentang pemusnahan bahan pangan yang dibantu Uni Eropa, menghancurkan citra sistem tersebut. Oleh sebab itu mulai tahun 2003 untuk selanjutnya subsidi itu diselaraskan dengan produksi. Kini terutama diperhitungkan dengan luas lahan, kira-kira 300 Euro per hektar di kawasan barat Uni Eropa dan terlepas apakah lahan itu ditanami atau tidak. Jadi sekarang lapangan golf juga memperoleh subsidi pertanian.
Demikian pula sistem yang baru mendapat banyak kritik. Dengan perhitungan pemberian subsidi yang berdasarkan pada luasnya lahan, perusahaan-perusahaan pertanian besar menarik keuntungan besar. Ini justru mendorong industrialisasi pada sektor pertanian. Juga bagi proyek-proyek perlindungan iklim memang tersedia dana, tapi sebagian besar dana justru mengalir ke subsidi pertanian. Selain itu Uni Eropa juga membantu ekspor bahan pangan ke negara-negara di luar Uni Eropa. Karena hanya dengan cara itu produk-produk pertanian Uni Eropa dapat bersaing di pasar dunia. Sebagai dampaknya petani-petani di negara-negara berkembang yang sebetulnya memiliki keuntungan biaya secara alami terdesak.
Salah satu pengritik subsidi pertanian khususnya yang dilakukan negara-negara industri adalah Andreas Weber. Pakar biologi dan filsafat yang tinggal di Berlin ini mengusulkan untuk perubahan sistem pasar pertanian secara mendasar
Andreas Weber: „Masalah yang selalu dialami pasar produksi pertanian kami adalah pasar itu tidak benar-benar transparan dan salah satu pasar besar yang gagal, dimana kami tidak memperhitungkan biaya tindakan perekonomian kami terhadap alam, untuk alam. Misalnya saja, di Jerman pertanian berdampak pada polusi air tanah melalui penggunaan pestisida, dengan bahan-bahan pupuk, yang kira-kira harganya lima milyar Euro per tahun. Itu adalah contoh hal yang tidak pernah diperhitungkan dalam pertanian. Dan sejauh ini pertanian yang tidak menyebabkan kerusakan itu karena menjaga perlindungan lingkungan tidak dapat menjual produknya dengan harga yang lebih baik, selama dampak negatif terhadap lingkungan ini tidak ikut dikalkulasi.“
Produk ekologis yang diproduksi tanpa menggunakan bahan-bahan kimia jauh kurang berdampak buruk terhadap lingkungan. Karena bahan bakar fosil yang dibutuhkan jauh lebih sedikit, selain itu emisi gas rumah kaca yang dihasilkan juga lebih sedikit. Bila produk-produk itu dipasarkan, ongkos untuk pedagang perantara juga dapat dihemat. Karena untung yang diperoleh dari perdagangan bahan pangan internasional lebih dari 95 persen. Perubahan mendasar dalam politik pertanian juga akan membantu negara-negara miskin. Demikian keyakinan Weber. Produksi pertanian negara-negara industri cenderung menghancurkan dasar-dasar kehidupan, dimana sebetulnya sirkulasi perekonomian lokal dapat dipertahankan. Sebagai contoh hutan bakau di Thailand
Andreas Weber:
„Pohon-pohon bakau ini melindungi pantai-pantai, kini orang melihatnya dari saat terjadinya tsunami. Hutan bakau adalah tempat menampung anak-anak ikan, menjadi kawasan sumber penghasilan bagi para nelayan, menjadi penyalur kayu, ikut bertanggung jawab dalam perlindungan iklim, untuk menjaga stabilitas cuaca di kawasan tersebut dan juga untuk iklim dunia. Orang dapat menghitung semua itu, angka yang dihasilkan dari perhitungan ini, jika saya tidak salah, jasa pelayanan yang dihasilkan satu hektar hutan bakau kira-kira senilai 2000 dollar per tahun.“
Tapi kemudian dimana-mana orang mulai menebangi pohon bakau untuk mengubahnya menjadi tambak udang.
Weber: „Bila hutan bakau berubah menjadi tambak udang, ini akan mengurangi manfaatnya secara keseluruhan. Karena yang ada hanya tinggal udang maka tidak tersedia lagi manfaat prestasi seperti sebelumnya, paling hanya tinggal sepersepuluhnya. Dan sepersepuluh ini yakni sekitar 200 dollar per hektar per tahun, itu tema secara umum. Sepersepuluh ini juga yang mengalir ke rekening negara bukan ke rekening petani dan peternak yang dulunya tinggal di sana, tapi ke kas perusahaan-perusahaan besar.“
Oleh sebab itu dalam bukunya Biokapital, Weber tidak saja pionir dalam mengusulkan perubahan berkesinambungan melainkan juga mendesak dilakukanyna perubahan sistem pertanian secara mendasar.
Sementara itu tekanan untuk mengurangi subsidi pertanian semakin gencar. Masalah lain dari sistem ini adalah petani-petani di negara-negara muda Uni Eropa di Timur memperoleh 33 persen lebih rendah untuk lahan per hektarnya dibanding di Barat. Perbedaan ini harus diseimbangkan, tapi cenderung ke bawah daripada ke atas.
Terutama Inggris dan negara-negara Skandinavia termasuk Swedia, ingin melepaskan pertanian Uni Eropa ke pasar bebas dan uang yang dihemat lebih dipergunakan untuk sektor lainnya, misalnya pendidikan. Para penerima subsidi pertanian saat ini adalah Perancis, Spanyol dan Jerman. Oleh sebab itu negara-negara inilah yang berupaya untuk mempertahankan sistem ini atau hanya sedikit mengubahnya.
C. Hasselbach/U. Mast-Kirschning/D. Kostermans