Studi: Perubahan Iklim Buat Gelombang Panas Lebih Mematikan
9 Juli 2021Ketika gelombang panas mulai melanda Kanada dan Amerika Serikat (AS) pada akhir Juni, para ilmuwan mengatakan pembakaran bahan bakar fosil telah cukup mengubah iklim sehingga membuat suhu ekstrem menjadi lebih buruk.
Sebuah studi yang dirilis tim internasional yang terdiri dari 27 ilmuwan dari World Weather Attribution (WWA) mengungkapkan bahwa pemanasan global membuat hari terpanas dari gelombang panas Amerika Utara 150 kali lebih mungkin terjadi dan 2 derajat Celcius lebih panas.
Dalam studi tersebut, para ilmuwan menggunakan pemodelan untuk secara cepat menilai peran emisi gas rumah kaca dalam memperburuk cuaca ekstrem.
Suhu di beberapa wilayah AS dan Kanada, tepatnya di Oregon, Washington dan British Columbia, berhasil mencatatkan rekor, yaitu mencapai 49,6 derajat Celcius. Menurut para peneliti suhu tinggi ini "hampir tidak mungkin" terjadi tanpa perubahan iklim.
"Kita memasuki wilayah yang belum dipetakan," kata rekan penulis studi Sonia Seneviratne, dari Institute for Atmospheric and Climate Science di ETH Zurich di Swiss. "Rekor suhu yang jauh lebih tinggi akan tercapai jika kita tidak berhasil menghentikan emisi gas rumah kaca dan menghentikan pemanasan global," tambahnya.
Bagaimana perubahan iklim memengaruhi gelombang panas di Pacific Northwest?
Rekor suhu di AS dan Kanada itu lantas membuat para peneliti berjuang untuk mengetahui dengan tepat seberapa sering gelombang panas seperti itu bakal terjadi. Dugaan terbaik mereka adalah sekali setiap seribu tahun dalam kondisi iklim saat ini. Mereka menemukan dua teori tentang bagaimana suhu tersebut menjadi sangat panas.
Salah satunya adalah bahwa kombinasi dari kekeringan yang sudah ada sebelumnya dan kondisi atmosfer yang tidak biasa — kubah panas dari udara hangat yang terperangkap oleh gelombang jet stream — dikombinasikan dengan perubahan iklim membuat suhu naik secara drastis.
Kemungkinan lain yang lebih meresahkan adalah bahwa sistem iklim mungkin telah melewati ambang batas, sehingga sejumlah kecil pemanasan mendorong suhu naik lebih cepat daripada yang diamati sebelumnya. Jika itu benar, maka gelombang panas yang memecahkan rekor seperti itu tampaknya akan lebih mungkin terjadi dibanding prediksi dari model iklim.
"Apa yang kami lihat belum pernah terjadi sebelumnya," kata rekan penulis studi Friederike Otto, dari Institut Perubahan Lingkungan di Universitas Oxford. "Ini adalah peristiwa yang luar biasa sehingga kita tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa kita mengalami panas ekstrem hari ini yang sebelumnya hanya kita perkirakan akan terjadi pada tingkat pemanasan global yang lebih tinggi."
Bagaimana perubahan iklim memengaruhi gelombang panas?
Perubahan iklim telah membuat gelombang panas lebih panas, lebih lama, dan lebih sering. Dengan pembakaran bahan bakar fosil — yang melepaskan gas yang memerangkap panas matahari seperti rumah kaca — manusia telah menghangatkan planet ini sekitar 1,1 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Ini meningkatkan kemungkinan panas yang memecahkan rekor.
Lytton, sebuah desa di provinsi British Columbia, Kanada, memecahkan rekor panas negara itu pada 2 Juli ketika suhu melonjak hampir 5 derajat Celcius di atas rekor sebelumnya 45 derajat Celcius. Hari berikutnya Lytton dilanda kebakaran hutan.
"Kami adalah masyarakat kecil, pedesaan, pribumi, berpenghasilan rendah dan kami berada di ujung tombak perubahan iklim," ujar Gordon Murray, seorang penduduk yang mengungsi dari Lytton.
Apa dampak gelombang panas terhadap kesehatan?
Gelombang panas yang telah menjadi salah satu bencana alam mematikan dalam beberapa tahun terakhir, berdampak buruk bagi tubuh manusia. Cuaca panas memperburuk kondisi kesehatan seperti penyakit jantung, paru-paru, ginjal, serta diabetes. Ini sangat berbahaya bagi orang tua, anak kecil, pekerja konstruksi, dan tunawisma.
Kawasan Pacific Northwest terbiasa dengan iklim yang sejuk dan sering hujan, dan lebih sedikit orang yang memiliki pendingin ruangan daripada di negara bagian selatan. Di Oregon, pihak berwenang memperkirakan bahwa 107 orang kebanyakan berusia 60 tahun atau lebih meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan panas selama terjadinya gelombang panas.
Karena suhu di Oregon tetap tinggi dalam semalam, orang tidak dapat menenangkan diri dan memulihkan diri, kata Brandon Maughan, dokter pengobatan darurat di Oregon Health and Science University di Portland. Portland adalah kota terbesar di negara bagian Oregon dan telah mengalami panas yang membakar selama tiga hari pada akhir Juni, mencapai puncaknya pada suhu 46,7 derajat Celcius.
"Banyak orang berasumsi bahwa mereka akan menderita seperti yang mereka alami di musim panas sebelumnya. Dan ini pada dasarnya berbeda," kata Maughan.
Maughan menjelaskan, dalam satu tahun rata-rata rumah sakit di Oregon merawat banyak orang karena kelelahan akibat panas, tetapi hanya sedikit orang yang datang dengan gejala serangan panas yang lebih serius. "Kami baru melihatnya lebih banyak tahun ini."
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change pada bulan Mei menemukan bahwa 1 dari 3 kematian akibat panas selama musim panas sejak tahun 1991 dapat dikaitkan dengan perubahan iklim.
Gelombang panas Amerika Utara menunjukkan bahwa "sistem adaptasi saat ini tidak siap untuk peristiwa yang sangat ekstrem seperti itu," kata Ana Vicedo, pemimpin kelompok untuk perubahan iklim dan kesehatan di University of Bern di Swiss, dan rekan penulis studi tersebut.
Pada tahun 2003, di Eropa, gelombang panas musim panas yang dua kali lebih mungkin terjadi akibat pemanasan global menewaskan lebih dari 70.000 orang. Sementara di Paris, perubahan iklim meningkatkan risiko kematian akibat panas hingga 70%, yang menyebabkan lebih dari 500 kematian.
Cara tetap sejuk selama gelombang panas
Orang-orang dapat tetap tenang dengan mencari tempat-tempat dengan atap atau berpendingin ruangan untuk berteduh. Selain itu dianjurkan untuk banyak minum air dan mengawasi tetangga yang lanjut usia dan rentan.
Tantangan ini bisa lebih sulit di kota-kota besar, di mana bangunan beton dan jalan aspal menyerap panas dan menaikkan suhu lebih tinggi daripada di pedesaan sekitarnya. Dalam hal ini, pemerintah daerah dapat mengurangi beban dengan merancang kota dengan lebih banyak pohon, taman, dan saluran air.
Meskipun orang dapat beradaptasi dengan suhu yang lebih panas, para ilmuwan menekankan bahwa kebijakan iklim untuk menghentikan emisi adalah faktor yang akan menentukan panjang, kekuatan, dan frekuensi gelombang panas.
Pada tahun 2015, para pemimpin dunia berjanji untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Namun, kebijakan mereka saat ini malah akan memanaskan planet sekitar 3 derajat Celcius, menurut kelompok penelitian yang berbasis di Jerman, Climate Action Tracker.
Studi WWA juga menemukan bahwa pemanasan global sebesar 2 derajat Celcius akan membuat gelombang panas seperti yang terjadi di Amerika Utara sangat mungkin terjadi setiap 5 hingga 10 tahun.
(Ed: rap/gtp)