Studi: Jam Biologis Juga Berdetak pada Lelaki
20 Januari 2023Selama ini kita memahami fakta, lelaki tidak mengalami menopause seperti perempuan. Dan hingga lanjut usia, tetap memiliki kemampuan reproduksi. Akan tetapi, penelitian terbaru menunjukkan, juga bertambahnya usia pada lelaki meninggalkan jejak pada jam biologis, berupa penurunan kualitas sperma.
"Misalnya pada keturunan mereka, ada kecenderungan lebih berisiko terjadinya mutasi genetika,” ujar ahli andrologi Christian Leiber-Caspers. Rangkaian pemeriksaan pada lelaki berusia di atas 40 tahun, di atas 50, dan di atas 60 tahun menunjukkan adanya perubahan semacam itu.
"Secara statistik, ini juga berarti meningkatnya risiko untuk kemungkinan kelainan atau kecacatan dalam kandungan pada keturunan mereka,” papar Kepala Bagian Andrologi di Rumah Sakit Maria-Hilft di Krefeld, Jerman itu.
Jumlah mutasi genetikapada sperma lelaki meningkat seiring bertambahnya usia. Pada lelaki usia 20an tahun, misalnya terjadi sekitar 20 mutasi kode genetika, sementara pada usia 40an tahun, sudah terjadi rata-rata 65 mutasi kode genetika. Ini menyimpan risiko terjadinya kesalahan pengkopian kode genetika, baik kecil maupun besar.
Lebih jauh lagi, pada orang lanjut usia kemampuan tubuh untuk mereparasi secara otomatis kerusakan pada kode genetika, juga tidak lagi berfungsi secara optimal seperti pada saat usia muda.
Potensi risiko dari kedua orang tua
Umur rata-rata ibu melahirkan anak pertama di Jerman, dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Laporan jawatan statistik Jerman tahun 2020 menunjukkan, rata-rata usia ibu melahirkan anak pertama ada pada kisaran 30,2 tahun. Pada perempuan, mereka yang hamil di atas usia 35 tahun, sudah dimasukkan ke dalam kategori kehamilan berisiko. Juga usia rata-rata ayah meningkat pada kisaran 33,2 tahun.
Makin lanjut usia kedua orang tua, risiko kelainan pada keturunan mereka juga makin meningkat. Misalnya pada ayah berusia di atas 45 tahun, risiko anak mennderita autism meningkat 3,5 kali lipat dibanding pada ayah berusia 20an tahun. Ibu di atas usia 35, juga meningkatkan risiko Trisomi 21 yang memicu sindrom Down pada anak.
Pakar andrologi Leiber-Caspers mengatakan, sangat sulit untuk melihat, masing-masing faktor mana saja yang dapat menentukan kesehatan keturunan. "Risetnya sangat rumit, karena selain faktor ayah, faktor ibu juga harus ikut diperhatikan. Dan kombinasi faktornya menjadi sangat panjang bahkan tanpa batasan", ujar Leiber-Caspers.
Usia ayah berkorelasi dengan risiko penyakit keturunan
Dalam 10 tahun terakhir, para peneliti terus melakukan riset bagaimana jam biologis pada pria berdetak, dan risiko apa yang berkaitan dengan usia ayah yang lebih lanjut. Namun, sejauh ini belum ada hasil yang tegas, yang mengarah pada kesimpulan yang juga jelas.
Pada riset yang dilakukan sejauh ini, ada sekitar 20 penyakit genetika yang ditengarai memiliki korelasi dengan usia ayah. Terutama risiko gangguan psikis pada keturunan, seperti skizofrenia atau kelainan bipolar atau juga autisme, banyak dikaitkan dengan usia ayah yang sudah lanjut.
Juga risiko penyakit keturunan yang disebut Antiphospholipid-Syndrome (APS) atau juga dikenal sebagai Hughes syndrome sejenis penyakit auto imunitas, yang memicu kemungkinan penggumpalan darah, meningkat. Juga risiko Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) meningkat 13 kali lebih tinggi, dan risiko gangguan bipolar meningkat 25 kali.
"Semua statistik itu hanya menyiratkan kemungkinan kenaikan risiko. Namun, bukannya harus terjadinya risiko," papar Leiber-Caspers.
Keuntungan usia ayah yang lebih tinggi
Selain kerugian dari segi reproduksi, usia ayah lebih tinggi memiliki sejumlah keuntungan dari segi sosial, kemasyarakatan, dan keluarga. Mereka yang berusia di atas 45, biasanya sudah lebih mapan secara ekonomi dan punya jejaring sosial yang bagus.
Mereka punya lebih banyak waktu mengurus keluarganya, disbanding pria lebih muda. Juga ayah berusia di atas 40an, lebih santai dan lebih royal membiayai anak-anaknya.
Seorang ayah berusia 60 tahun menurut kalender, secara umur biologis mungkin baru berusia 50 tahun. Itu juga memberikan keuntungan lainnya. "Namun, apakah seorang ayah berusia 70 tahun, punya stamina seperti ayah berusia 30 tahun, masih jadi pertanyaan menarik,” pungkas Leiber-Caspers.
(as/ha)