Sistem Irigasi Purba Percepat Penyebaran Penyakit
21 Juni 2014Penemuan telur parasit Schistosomiasis di dalam kuburan berusia 6200 tahun di Suriah menjadi bukti tertua penyebaran penyakit melalui sistem irigasi di Timur Tengah. Schistosomiasis atau dikenal juga dengan bilharzia disebabkan oleh cacing pipih trematoda yang hidup di pembuluh darah.
Infeksi yang disebabkan oleh cacing tersebut bisa menyebabkan Anaemia, kegagalan ginjal atau kanker kandung kemih. Di Indonesia, cacing Schisto bisa ditemukan di dataran tinggi Lindu dan Napu, Sulawesi Tengah.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Lancet Infectious Diseases itu ilmuwan memperkirakan, parasti Schistosomiasis menyebar melalui sistem irigasi di Mesopotamia, kawasan yang terdapat di antara dua sungai Tigris dan Euphrat yang kini menjadi bagian Irak, Iran, Kuwait, Suriah dan Turki.
Lewat Pori-pori
Tidak seperti cacing pada umumnya, cacing Schisto masuk ke tubuh manusia bukan dari mulut, tapi langsung menembus pori-pori kulit menuju aliran darah dan bergerak menuju jantung dan paru-paru untuk selanjutnya menuju hati.
Menurut Badan Kesehatan PBB, WHO, Schistosomiasis telah menghinggapi 240 juta penduduk di seluruh dunia dan lebih dari 700 juta orang hidup di kawasan endemik.
Penemuan di Tell Zeidan di utara Suriah dibuat oleh sekelompok arkeolog dan antropolog dari Universitas Campridge, Cyprus Institute dan Chicago Oriental Institute di Amerika Serikat. Mereka mengambil sampel dari tulang belulang yang terbujur di dalam kuburan. Pada tulang di bagian selangkangan ilmuwan menemukan telur parasit.
Korban Hidup di Kawasan Irigasi
Ilmuwan juga memiliki bukti bahwa usia parasit sesuai dengan usia kuburan.
"Orang yang terkontaminasi dengan parasit kemungkinan bekerja atau hidup di sekitar sistem irigasi yang diperkenalkan di Mesopotamia sekitar 7500 tahun silam," kata Piers Mitchell dari Cambridge University. Ia menambahkan, telur Schistomiasis tertua yang pernah dikenal berusia 5200 dan ditemukan pada kuburan mumi di Mesir.
Parasit tersebut menghabiskan sebagian hidupnya di dalam tubuh siput yang hidup di air payau di kawasan hangat. Setelah itu cacing Schisto akan meninggalkan tempat persembunyiannya itu dan masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit.
rzn/ab (rtr,afp,ap)