Singapura Berniat Keluar dari Ajang Balapan F1
21 November 2016Angka penonton balap mobil F1 di Singapura memang terus turun, September lalu tercatat 73 ribu penonton, turun dari 87 ribu pada tahun yang lalu. Padahal pada balapan pertama tahun 2008, ada 100 ribu orang menyaksikan balap mobil bergengsi itu.
Direktur bisnis F1, Bernie Ecclestone, mengatakan kepada majalah olahraga mobil Jerman "Auto Motor & Sport", penyelenggara di Singapura menganggap F1 tidak menguntungkan lagi.
"Tapi lihat apa yang telah kami lakukan untuk Singapura," kata dia. "Grand Prix Singapura memang menelan banyak uang, tapi kami juga telah mendatangkan banyak uang."
"Singapura tiba-tiba menjadi lebih dari sekedar sebuah bandara untuk singgah terbang ke atau dari suatu tempat. Tapi mereka sekarang merasa telah mencapai tujuan dan mereka tidak ingin Grand Prix lagi," kata Bernie Ecclestone.
Jika itu benar, tahun depan akan menjadi tahun terakhir bagi Singapura tampil sebagai penyelenggara balap mobil F1.
Seorang juru bicara untuk GP Singapura menolak mengomentari berita itu dan hanya membalas permintaan wartawan dengan email: "Kami tidak mengomentari negosiasi komersial yang sedang berlangsung."
GP Singapura adalah perusahaan penyelenggara balap mobil F1 yang dimiliki Ong Beng Seng, salah satu orang terkaya di negara itu. Pemerintah Singapura membantu menutupi 60 persen biaya organisasi.
Angka kedatangan turis di Singapura memang meningkat, namun ada pergeseran struktural di sektor pariwisata. Kalau dulu pengunjungnya kebanyakan dari kelas atas yang gemar berbelanja, sejarang makin banyak wisatawan kelas menengah yang berasal dari Cina, India dan Indonesia.
Penerimaan pariwisata Singapura pada semester pertama tahun ini tumbuh 12 persen mecapai nilai lebih dari 8 milyar Dolar AS. Penerimaan ini terutama didorong belanja, akomodasi dan konsumsi makanan dan minuman.
Juga di Malaysia, angka penjualan tiket balap mobil F1 menunjukkan penurunan, demikian juga angka pemirsa TV. Ada kabar bahwa penyelenggara Grand Prix Kuala Lumpur juga sedang mempertimbangkan untuk menghentikan balapan setelah kontraknya berakhir 2018.
Trinh Nguyen, ekonom senior pada bank investasi Perancis Natixis SA di Hong Kong, mengatakan, penurunan angka penonton F1 menjadi tanda bahwa daya tarik F1 mulai turun. Selain itu, perekonomian di kawasan juga sedang mengalami kelesuan.
"F1 memang mahal. Jadi dengan turunnya angka penonton, kalkulasi untung rugi sekarang berubah," kata dia.
hp (rtr, afp, ap)