1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Silang Sengketa Pasukan PBB di Libanon

28 Agustus 2006

Silang sengketa mengenai pengiriman pasukan UNIFIL untuk mengawasi gencatan senjata di Libanon selatan masih berlanjut.

https://p.dw.com/p/CPJE
Pasukan PBB UNIFIL Italia bergerak ke Libanon
Pasukan PBB UNIFIL Italia bergerak ke LibanonFoto: AP

Kini pernyataan menteri pertahanan Jerman, mengenai tidak tertutup kemungkinan tentaranya terlibat bentrokan dengan salah satu pihak yang terlibat konflik, memicu kecaman di harian-harian Jerman. Selain itu tema konflik atom Iran, tetap menjadi fokus komentar harian-harian Eropa. Kami awali dengan Libanon. Harian Italia Corriere della Sera menulis komentar : misi pasukan PBB di Libanon ibaratnya terjepit diantara dua front. Lebih lanjut harian yang terbit di Milan itu menulis :

"Italia amat bangga, dapat menjadi bagian penting dari misi perdamaian itu. Akan tetapi harus diperhitungkan, jika suatu hari nanti, milisi Hisbullah kembali dapat memulihkan kekuatannya, dengan bantuan Iran tentunya, tidak tertutup kemungkinan mereka melancarkan kembali serangan ke Israel. Israel tentu tidak akan tinggal diam. Dalam situasi seperti itu, misi pasukan PBB akan terjepit diantara dua titik api. "

Sementara harian Belanda De Volkskrant berkomentar : Misi PBB di Libanon seringkali berubah mengikuti arus politik yang kuat. Lebih lanjut harian yang terbit di Den Haag itu menulis :

"Terlepas dari keraguan atas janji pengiriman pasukan, kini juga harus dilihat, secepat apa berbagai komponen pasukan PBB datang ke Libanon dan menempati posisinya. Semakin lama kekosongan kekuasaan terjadi, semakin besar kemungkinan terjadinya insiden diantara Israel dan Hisbullah, yang akan memicu reaksi berantai. Perkembangan yang alot dari penempatan pasukan internasional itu, sekali lagi menunjukan betapa menyakitkannya misi tsb."

Sementara harian Jerman Berliner Zeitung mengomentari dengan kritis pernyataan menteri pertahanan Franz-Josef Jung, mengenai kemungkinan pengerahan pasukan tempur marinir Jerman ke Libanon. Harian yang terbit di Berlin itu selanjutnya menulis :

"Jika pasukan Jerman, berusaha sekuat tenaga, mencegah kontak senjata dengan Israel, tapi dengan tegas didukung melakukan kekerasan bersenjata terhadap pihak lainnya, berarti pasukan Jerman akan menjadi bagian dari konflik. Artinya, kontribusi Jerman sebagai juru penengah bagi pemecahan damai, yang terus menerus didengungkan, kini tidak ada artinya lagi."

Tema lainnya yang masih disoroti dengan tajam adalah konflik atom Iran. Peresmian sebuah reaktor atom air berat, enam hari menjelang berakhirnya ultimatum PBB, dinilai sebagai upaya provokasi dari Teheran.

Harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina berkomentar : Iran memanfaatkan ketidak sepakatan di Dewan Keamanan. Lebih lanjut ditulis :

"Provokasi dengan sadar dilancarkan oleh pemerintah di Teheran. Akan tetapi, dampaknya dapat balik memukul Iran sendiri. Misalnya saja, siapa yang mengira, bahwa Rusia dan China akhirnya menyetujui diajukannya sengketa atom itu ke Dewan Keamanan. Memang sejauh ini kedua negara sahabat Iran itu, tetap menolak dijatuhkannya sanksi. Akan tetapi, kesabaran tentu ada batasnya."

Terakhir harian Jerman Tagesspiegel yang terbit di Berlin berkomentar : Secara demonstrativ Iran menentang Barat. Lebih lanjut harian ini menulis :

"Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad menyatakan, barat tidak usah bersusah payah, karena Iran telah memutuskan terus melanjutkan program atomnya. Sekarang giliran masyarakat internasional menjawab tegas, dengan memutuskan sanksi berikutnya."