Sikap Golkar Ciutkan Hegemoni Jokowi-JK
20 Mei 2014
Persaingan menuju Istana Negara jelang pilpres semakin ketat menyusul sikap Golkar yang kini mengalihkan dukungan kepada calon presiden Gerindra, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Keputusan partai berlambang pohon beringin tersebut menggeser peta kekuatan politik di Jakarta. Kini pasangan Prabowo-Hatta memiliki koalisi partai yang lebih besar ketimbang pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Analis memperkirakan, langkah Golkar menguapkan hegemoni PDI-P dalam persaingan memperebutkan suara. "Saya yakin koalisi ini akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik," ujar Ketua Umum Golkar, Abu Rizal Bakrie.
Prabowo Menguat
Ical, nama panggilan Abu Rizal, diyakini mendapat tawaran untuk menduduki jabatan prestisius di kabinet Prabowo jika bekas Danjen Kopassus itu menang pemilu. Kendati masih digodok, Ical mengklaim akan menduduki jabatan menteri utama, "Ya kalau di luar negeri itu namanya perdana menteri, di sini namanya menteri utama," katanya seperti dilansir Detik.
Sudah sejak akhir April silam, Prabowo mencatat tren positif di berbagai jajak pendapat. Menurut temuan Saiful Mujani Research Centre (SMRC), popularitas tokoh yang diduga bertanggungjawab atas penculikan aktivis di awal era Reformasi itu mencuat dari 23% menjadi 36% antara Desember 2013 hingga April 2014.
Sebaliknya elektabilitas Jokowi menurun signifikan sebanyak 10% dan kini bertengger di kisaran 52 persen. SMRC menilai, tanpa Golkar sekalipun Jokowi dan PDI-P bisa kalah jika salah menerapkan strategi.
Aspirasi Bersebrangan dengan Koalisi
Gokar kini bergabung dengan koalisi lima partai bentukan Gerindra yang sebelumnya telah menggandeng Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Bulan Bintang (PBB). Koalisi berbasis massa Islam itu kini menunggu sikap Partai Demokrat yang belum menentukan sikap.
Kendati begitu hasil jajak pendapat SMRC menguak pilihan koalisi yang diputuskan elit partai tidak selalu berbanding lurus dengan aspirasi anggotanya. 30% pemilih Golkar misalnya lebih menjagokan Jokowi. Serupa dengan pemilih PAN (42%), PBB (50%) dan PPP (40%).
“Untuk pilpres lebih dipengaruhi faktor figur dan ketokohan,” kata Heri Budianto, analis dari Politic Communication (Pollcom) kepada situs Beritasatu. Senada dengan temuan Lingkar Survey Indonesia. Menurut lembaga pimpinan Denny J.A. itu kendati memiliki tingkat popularitas yang sama, Jokowi lebih disukai ketimbang Prabowo.
rzn/hp (afp,rtr,detik,beritasatu,antara,smrc)