Siapa Boris Nadezhdin yang Ingin Jungkirkan Vladimir Putin?
2 Februari 2024Seratus ribu tanda tangan sudah terkumpul. Kini, Boris Borisovich Nadezhdin berhak menantang Vladimir Putin dalam Pemilu Kepresidenan 2024, Maret mendatang. Sang tokoh oposisi mengaku sebenarnya sudah mengumpulkan 200.000 suara. Jumlah itu lebih dari cukup untuk memenuhi syarat pencalonan di Komisi Pemilihan Umum.
Di masa lalu, KPU Rusia pernah berulang kali membatalkan pencalonan kandidat oposisi dengan dalih "kesalahan administrasi," semisal kesalahan pengisian formulir atau tanda tangan yang tidak lengkap. Itulah kenapa Nadezhdin mendaftarkan lebih banyak suara.
"Kami mengumpulkan tanda tangan di 200 kota, di 65 wilayah Rusia dan kaum diaspora di luar negeri, antara lain Jerman," kata dia dalam sebuah wawancara dengan DW.
Jika KPU Rusia menolak pencalonannya, Nadezhdin mengklaim sudah berencana akan menggelar demonstrasi di 150 kota Rusia, janjinya kepada para simpatisan dalam sebuah aksi di Moskow belum lama ini.
Siapa Boris Nadezhdin?
Pria berusia 60 tahun itu pernah menjabat sebagai penasehat bekas Wakil PM Rusia Boris Nemzov pada dekade 1990an. Nadezhdin juga sempat dekat dengan Putin ketika dia baru dilantik sebagai presiden Rusia tahun 2000. Kedekatan itu retak pada 2003, ketika Putin menangkap Mikhail Khodorkovsky, pengusaha terkaya Rusia saat itu, karena mengambil sikap oposisi.
Kini, Boris Nadezhdin tampil sebagai kandidat anti-perang. "Putin telah melakukan kesalahan besar, ketika dia mendeklarasikan operasi militer spesial. Tidak satu pun sasaran sudah tercapai dan mungkin hanya bisa dicapai dengan meninggalkan kerusakan yang besar pada ekonomi dan demografi," tulisnya di situs internet pribadi.
Seruannya banyak diamini kaum muda Rusia. Tidak jarang, mereka menganteri di depan kantor kampanye Nadezhdin di Moskow untuk memberikan tanda tangan. "Mayoritas pendukung saya memang agak muda, antara 20 hingga 30 tahun. Ada juga pemilih yang lebih tua. Pendukung tertua saya adalah seorang perempuan dari Orjol yang lahir di tahun 1936," ujarnya kepada DW.
Kemampuan Nadezhdin menyerap aspirasi kaum muda juga diakui pakar politik Rusia, Dmitri Oreshkin. "Sekitar 20 hingga 25 persen penduduk tidak mendukung Vladimir Putin. Masalahnya, mereka tidak pergi mencoblos," kata dia. "Jika Nadezhdin tidak diganggu, dan tidak diragukan dia pasti akan diganggu, mungkin dia bisa mendapatkan sepuluh hingga limabelas persen suara."
Lemah meski dukungan oposisi
Salah seorang tokoh oposisi, Yekaterina Duntsova, sudah mendeklarasikan dukungan bagi Nadezhdin, setelah pencalonannya dibatalkan KPU karena "sarat kesalahan" administrarif. Sikap serupa dilakukan tokoh oposisi lain, Maxim Katz, Mikhail Khodorkovsky, Alexei Navalny serta isterinya, Yulia Navalnaya.
Namun begitu, kesatuan yang langka ditunjukkan oposisi Rusia bukan karena sosok Nadezhdin, menurut Nikolai Petrov, peneliti Rusia di Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik, SWP, di Berlin, Jerman. "Tentu saja kita tidak bisa menyebut Nadezhdin sebagai figur pemersatu oposisi. Dia hanyalah satu-satunya kandidat yang menentang perang," ujarnya.
Oleh Oreshkin, Nadezhdin sebabnya tidak dianggap sebagai rival yang sepadan untuk menantang Vladimir Putin. Sebaliknya, dia malah bisa menjadi bulan-bulanan politik. "Bagi Kremlin sangatlah menguntungkan untuk memiliki tokoh oposisi yang nyaman dan bisa diterima. Saya kira Boris termasuk kandidat yang bisa diterima, selama suaranya tidak melampaui lima persen."
Bisa dipastikan, Presiden Putin akan terpilih untuk kelima kalinya pada tanggal 17 Maret nanti. Seberapa kecil peluang Nadezhdin dalam pilpres tahun ini, bisa disimak pada jawaban juru bicara Kremlin Dimitri Peskov kepada wartawan, "kami tidak menganggapnya sebagai lawan."
(rzn/as)