1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Seriuskah Tawaran Hamas untuk Melakukan Gencatan Senjata?

an25 April 2008

Pemerintah di Yerusalem menolak usulan tersebut dan menyalahkan para pemimpin Palestina atas kekacauan dan penderitaan rakyat Palestina.

https://p.dw.com/p/Doqm
Para demonstan di kawasan Jalur GazaFoto: AP

Israel menolak usulan gencatan senjata 6 bulan yang ditawarkan kelompok militan Hamas. Seperti diungkap jubir pemerintah Israel David Baker:

„Israel menginginkan perdamaian. Tapi kami mendapat kesan, Hamas tidak serius dalam hal ini. Mereka mencoba mengulur waktu untuk dapat mempersenjatai diri lagi, menyusun dan merancang serangan baru ke Israel. Jadi, Israel akan bertindak untuk melindungi rakyatnya."

Usulan itu diajukan melalui Mesir yang bertindak sebagai penengah. Gencatan senjata yang ditawarkan hanya mencakup Tepi Barat, yang dikuasai Hamas. Meskipun Israel telah menolak mentah-mentah, para mediator Mesir menyatakan masih tetap akan membawa usulan gencatan senjata itu dalam pertemuan dengan Israel beberapa hari ini. Kelompok radikal Palestina, Hamas, juga tetap teguh pada tawarannya. Juru bicara Hamas Sami Abu-Suhri mengungkapkan:

"Penolakan Israel tidak dapat diterima. Israel ingin memeras kami dan memaksa rakyat Palestina untuk menerima semua persyaratannya. Sehubungan dengan pernyataan juru bicara Olmert, bahwa ia menolak segala kesepakatan antara Hamas dan penjajah Israel, saya ingin menjelaskan, Hamas tidak mengatakan akan menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan tentara pendudukan. Melainkan dengan Mesir. Karena setiap perjanjian antara tentara pendudukan dengan Mesir, akan menjadi satu bagian dari perjanjian Palestina-Mesir. Jadui pernyataan yang dilontarkan juru bicara Israel adalah salah dan omong kosong."

Sementara itu, sekitar 5.000 warga Palestina menggelar aksi protes di Jalur Gaza menentang blokade Israel. Mereka berkumpul di pos penjagaan Erez di utara Jalur Gaza, yang berbatasan dengan Mesir. Para demonstran mengungkapkan kejengkelannya atas kelangkaan pangan di sana. Bahkan lembaga bantuan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA sejak Jumat lalu kehabisan bensin dan tidak bisa mengirimkan bahan bantuannya.

Situasi di Gaza semakin gawat. Jehudit Har-El, juru bicara lembaga independen "Suara Kemanusiaan" di Israel memaparkan keadaan di Jalur Gaza:

„Kiriman bahan pangan dan bahan lainnya sekarang ini hanya mencukupi setengah dari kebutuhan penduduk di Jalur Gaza. Yang juga langka terutama suku cadang dan bahan bangunan yang diperlukan untuk pembangunan sarana umum. Seperti saluran air bersih, saluran pembuangan air kotor dan listrik. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun pembuangan air kotor, tidak ada."

Ketiadaan bahan bakar akibat blokade Israel, membuat Lembaga bantuan PBB UNRWA terpaksa menghentikan kiriman bantuan kemanusiaan untuk 650.000 pengungsi Palestina di Gaza. Namun Israel mengatakan, tidak bertanggung-jawab atas situasi ini.

Seorang pejabat militer Israel menjelaskan, Israel telah mengirimkan 100.000 liter diesel dan 20.000 liter bensin ke lembaga bantuan PBB di Jalur Gaza. Sedikitnya satu juta liter bahan bakar ditimbun kelompok Hamas yang menguasai Gaza. Tetapi mereka menolak untuk membagikan bahan bakar tersebut. Mereka juga tidak mau memberikan sebagian bahan bakar itu kepada Lembaga bantuan PBB.

Menurut pemerintah Israel, warga Palestina sendirilah penyebab atas semua kekacauan, kesengsaraan dan kekurangan bahan bakar.