Serangan di Hanau Aksi Terorisme Ekstrem Kanan
20 Februari 2020Belum banyak informasi tentang sosok pelaku tunggal yang melakukan aksi penembakan di kota Hanau. Menurut keterangan poisi, pelaku berusia 43 tahun sampai kini tidak memiliki catatan kriminal.
Menteri Dalam Negeri negara bagian Hessen Peter Beuth mengatakan, aparat keamanan saat ini beranggapan bahwa serangan teror itu bermotif ekstrem kanan. Pelaku memang meninggalkan surat yang diunggah ke internet sebelum aksi penembakan itu.
Dalam dokumen setebal 24 halaman itu, pelaku yang disebut bernama Tobias R., menggambarkan perjalanan hidup dan keyakinan ideologisnya. Tulisan bernada rasistis itu menyebutkan, pelaku sejak kecilnya sudah melihat"masalah dengan perilaku beberapa beberapa kelompok etnis". Dia juga menyebutkan bahwa Islam adalah sesuatu yang "destruktif".
Polisi menemukan Tobias R. dalam keadaan tewas di rumahnya, bersama ibunya yang berusia 72 tahun. Pelaku diduga menembak ibunya lebih dulu, sebelum kemudian menembak dirinya sendiri.
"Rasisme adalah racun"
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, ada petunjuk bahwa aksi teror yang menewaskan sepuluh orang itu berlatar belakang rasisme dan ekstrem kanan. "Rasisme adalah racun. Kebencian adalah racun," kata Merkel. Dia memuji kesigapan aparat keamanan yang langsung melakukan pengamanan di seluruh kota setelah ada aksi penembakan.
"Kami akan menghadapi mereka, yang ingin memecah belah Jerman, dengan segala kekuatan dan kebulatan hati," kata Merkel.
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Mass mengatakan, negara harus menjawab serangan ekstremisme kanan "tanpa kompromi". Mereka harus tahu, kata Maas, bahwa "ini bukan negara kalian. Ini adalah negara kami."
Masih belum jelas, berapa orang yang cidera dalam serangan teror yang terjadi Rabu malam itu (19/2). Polisi juga belum merilis nama-nama korban tewas, dan apa kebangsaan mereka. Polisi menduga Tonias R. adalah pelaku tunggal. Belum ada keterangan, apakah pelaku menderita gangguan mental atau tidak.
hp/yf (dpa/afp)