1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sengketa Gas Rusia - Ukraina

29 Desember 2005

Sengketa pemasokan gas dari Rusia ke Ukraina, menjadi tema sorotan utama harian-harian internasional. Perubahan kiblat politik di Ukraina, setelah suksesnya revolusi oranye, rupanya membuat para pemimpin di Moskow tidak senang.

https://p.dw.com/p/CPLm
Aksi protes di depan kedutaan Rusia di Kiev menentang rencana kenaikan harga gas
Aksi protes di depan kedutaan Rusia di Kiev menentang rencana kenaikan harga gasFoto: dpa - Report

Dengan menaikan harga gas sebesar lima kali lipat, sebetulnya Rusia hendak menekan Ukraina secara politik. Harian Austria Kurier yang terbit di Wina menulis komentar, Tsar Wladmir kini bertindak dengan gaya seperti seorang kaisar penakluk. Lebih lanjut harian ini menulis :

Memang Rusia berhak menuntut harga gas sesuai harga pasar dunia. Akan tetapi, dalam kasus Ukraina, hal itu merupakan misi balas dendam, bagi penghinaan yang harus ditelan Kremlin tahun lalu, berkaitan dengan suksesnya revolusi oranye. Konflik itu menunjukan dengan jelas, bahwa presiden Wladimir Putin hendak kembali memposisikan Rusia, sebagai sebuah negara adidaya. Untuk mencapai tujuan Putin menghalalkan segala cara. Melihat kenyataan, bahwa pimpinan di Kremlin semakin melenceng dari jalur demokrasi, seharusnya tanda bahaya di negara-negara barat sahabat Rusia juga berbunyi.

Harian Perancis Le Monde yang terbit di Paris menulis, apakah Putin benar-benar akan memutuskan pemasokan gas ke Ukraina?

Yang jelas, sengketa gas antara Rusia dan Ukraina akan berdampak pada negara barat, yang mayoritasnya menerima pasokan gas dari Rusia melalui jaringan pipa yang melintasi Ukraina. Sengketa yang berlarut-larut, akan memicu aksi pemblokiran pasokan oleh Ukraina, yang berdampak lanjut pada kekurangan pasokan gas di sejumlah negara Uni Eropa. Semua mengetahui, Wladimir Putin akan menggunakan pasokan gas sebagai senjata, untuk mengembalikan kejayaan imperiumnya.

Sementara harian Swiss Tages Anzeiger yang terbit di Zürich menulis, Ukraina berada dalam jebakan gas Rusia.

Ukraina mengecam keras campur tangan Rusia dalam urusan dalam negerinya. Akan tetapi, diam-diam juga menikmati subsidi dalam bentuk energi murah, dari negara yang dikecamnya. Tidak diragukan lagi, Moskow melakukan metode pemerasan ilegal, terhadap sebuah rezim pemerintahan yang secara politik tidak sesuai citarasa politik Rusia. Akan tetapi, konflik pemasokan gas di Ukraina kembali mengusik pertanyaan, apa artinya benar-benar merdeka itu?

Tema lainnya yang menjadi sorotan utama harian-harian Jerman adalah kasus penculikan mantan sekretaris negara di kementrian luar negeri Jerman, Jürgen Chrobog dan keluarganya di Yaman. Sulit ditebak, apakah penculikan ini hanya kebetulan atau sudah direncanakan. Yang jelas, kasus penculikan mantan pejabat tinggi Jerman yang datang ke Yaman atas undangan pemerintah di negara itu, memiliki bobot politik yang besar. Demikian komentar harian Jerman Leipziger Volkszeitung yang terbit di Leipzig. Lebih lanjut harian ini menulis :

Sekarang, jururunding tangguh dalam kasus penculikan di Sahara itu, harus percaya sepenuhnya pada ketangguhan penerusnya di Berlin. Kentara sekali, diplomat kawakan itu ceroboh, dengan melakukan liburan di sebuah kawasan krisis. Para penculiknya akan menuntut tebusan tinggi, bagi pembebasan sandera yang terkenal tsb.

Sementara harian Westdeutsche Zeitung yang terbit di Düsseldorf menulis, belum diketahui apakah kasus penculikan itu memiliki dimensi lain.

Biasanya, aksi penculikan di Yaman, dilakukan untuk memperoleh tebusan. Misalnya untuk menuntut pembebasan anggota suku yang ditahan, atau menuntut pembangunan jalan dan sekolah. Kini pertanyaannya, apakah para penculik mengetahui siapa yang diculiknya? Jika para penculik, menganggap mereka hanya wisatawan biasa, maka barter sandera dengan tahanan dapat dilakukan dengan mudah. Tapi jika penculik mengenal tokoh yang disanderanya, bisa jadi terdapat dimensi baru dalam aksi tsb.