Sekjen PBB Akui Telah Gagal Hentikan Perang di Sudan
4 Mei 2023Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guteres pada hari Rabu (03/05) mengakui telah "gagal" menghentikan perang agar tidak meletus di Sudan. Selama hampir tiga minggu terakhir pertempuran terus berlangsung antara para jenderal yang berebut kekuasaan di negara itu. Pertempuran terbaru pun merusak upaya untuk memperkuat gencatan senjata.
Serangan udara kembali dilancarkan di ibu kota Sudan, Khartoum, dan kota-kota sekitarnya seperti Omdurman dan Bahri pada hari Rabu, bahkan ketika kedua belah pihak telah sepakat untuk memperpanjang rangkaian gencatan senjata.
Di Khartoum, jutaan orang masih berusaha mencari selamat dari amukan perang terbuka antara tentara yang menggunakan serangan udara dan artileri berat serta pasukan RSF yang mengambil posisi di lingkungan perumahan.
Guteres mengatakan, PBB terkejut oleh konflik tersebut karena badan dunia ini berharap negosiasi menuju transisi sipil akan berhasil, ujarnya kepada wartawan di Nairobi.
"Kami dan banyak pihak lainnya tidak mengharapkan ini terjadi, kami dapat mengatakan kami gagal menghindari terjadinya (perang) ini," kata Guteres. "Sebuah negara seperti Sudan, yang telah sangat menderita... tidak akan mampu menanggung perebutan kekuasaan antara dua orang."
Pertempuran terus berkecamuk
Pertempuran sengit di wilayah perkotaan pecah pada 15 April antara pemimpin de facto Sudan yakni Abdel Fattah al-Burhan yang memimpin tentara reguler, dan wakilnya yang sekaligus adalah saingannya Mohamed Hamdan Daglo, yang membelot dan mengepalai pasukan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Sudan, sedikitnya 550 orang tewas dan 4.926 luka-luka akibat konflik tersebut. Data ini kemungkinan tidak lengkap.
Sejak orang kuat Sudan, Omar al-Bashir, digulingkan pada 2019, mediator internasional berupaya membawa warga sipil dan militer ke meja perundingan. Namun dalam prosesnya, para analis menilai bahwa pembicaraan lebih banyak tentang memuji Burhan dan Daglo, yang bekerja sama dalam kudeta 2021 yang menggagalkan transisi demokrasi selepas kekuasaan Bashir.
Namun pada akhirnya kedua jenderal cakar-cakaran dan terlibat perebutan kekuasaan dengan kekerasan bersenjata.
Ribuan ton makanan bantuan dilaporkan dijarah
PBB mendesak para pihak yang bertikai di Sudan untuk membuka koridor kemanusiaan guna mengirimkan bantuan, setelah adanya laporan bahwa bantuan bahan makanan dijarah di beberapa bagian negara itu.
Martin Griffiths, kepala PBB untuk urusan kemanusiaan, pada hari Rabu melaporkan, enam truk berisi bantuan pangan milik Program Pangan Dunia (WFP) telah dijarah di wilayah barat Darfur, Sudan. Penjarahan tetap terjadi meski ada jaminan keselamatan dan keamanan dari para pihak yang berperang.
Wakil juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan 17.000 ton bantuan bahan makanan telah dijarah di berbagai tempat termasuk di Khartoum dan Darfur.
"Kami bukannya meminta hal yang di luar jangkauan," kata Griffiths dalam briefing online. "Kami meminta (dibukanya) pergerakan pasokan kemanusiaan dan orang-orang. Kami melakukan ini di setiap negara lain, bahkan tanpa gencatan senjata."
Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan, dia berharap bisa bertemu dan bertatap muka dengan para pihak yang bertikai di Sudan dalam dua hingga tiga hari ke depan untuk mendapatkan jaminan dari mereka bagi keamanan konvoi bantuan untuk mengirimkan pasokan bantuan.
"Pertemuan itu dapat berlangsung di Khartoum atau lokasi lain", kata Griffiths kepada Reuters dalam wawancara telepon dari Jeddah, Arab Saudi, menyusul kunjungannya ke Port Sudan. "Penting bagi saya bahwa kita bertemu secara fisik, tatap muka untuk membahas ini, karena kita membutuhkannya untuk menjadi momen publik yang dapat dipertanggungjawabkan," ujar Griffiths menandaskan.
Presiden Mesir: Konflik Sudan bisa berdampak regional
Hampir 450.000 warga sipil telah mengungsi. Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan jumlah ini termasuk lebih dari 115.000 orang yang telah mencari perlindungan di negara-negara tetangga.
Mahamat Hassan Hamad, salah seorang pengungsi Sudan yang menyeberang ke Chad di perbatasan barat Sudan, mengatakan pihak yang bertikai "membunuh orang dan membakar rumah kami". Pengungsi lain, Hawa Ahmat, mengatakan dia tidak makan atau minum apa pun selama lima hari sebelum mencapai Chad.
Kegagalan para jenderal yang bertikai untuk mematuhi komitmen guna mengakhiri konflik yang telah berlangsung hampir tiga minggu menuai kritik internasional. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada hari Selasa (02/05) bahkan memperingatkan, pertempuran itu dapat memengaruhi "seluruh wilayah".
Selain ibu kota Khartoum, kekerasan melanda wilayah Darfur, di mana sedikitnya 99 orang tewas, menurut serikat dokter Sudan. Lebih dari 330.000 orang mengungsi di dalam Sudan, sebagian besar berasal dari negara bagian Darfur Barat dan Selatan, kata IOM.
Keadaan Darfur sendiri masih porak-poranda akibat perang saudara yang meletus pada 2003 ketika Bashir melepaskan milisi Janjaweed, yang sebagian besar direkrut dari suku penggembala Arab, untuk melawan pemberontak etnis minoritas.
Karena langkah ini Bashir dan sejumlah petinggi Sudan, kemudian dikenai tuduhan kejahatan perang. Janjaweed ini yang pada perkembangannya kemudian berubah menjadi RSF di bawah pimpinan Daglo.
ae/as (AFP, Reuters, AP)