Seberapa Aman Olimpiade di London?
21 Juli 2012Tanggal 6 Juli 2005 diumumkan kepada dunia: Pesta olimpiade musim panas 2012 digelar di London. Satu hari sesudahnya London menjadi lokasi terjadinya mimpi buruk yang nyata. Pagi tanggal 7 Juli, empat teroris Islamis yang tinggal di Inggris meledakkan bom di tiga tram bawah tanah London. Satu bom lainnya meledak di sebuah bis doppeldecker. 52 orang tewas dalam serangan tersebut, lebih dari 700 lainnya luka-luka.
Siapa pun yang dalam proses seleksi kota penyelenggara olimpiade sama sekali menutup kemungkinan kota itu dapat mengalami ancaman terorisme, dengan serangan-serangan itu akan ingat, bahwa London bisa mengalami ancaman tersebut dan ancaman itu menjadi kenyataan.
"Pesta olimpiade adalah sasaran tepat bagi aksi serangan teror“, demikian dikatakan George Kassimeris, pakar terorisme pada Universitas Wolverhampton. „Dan situasinya kali ini dengan penugasan di luar negeri pasukan Inggris seperti di Afghanistan dan Irak, jauh lebih rawan dibanding di Athena, Sydney atau Beijing“.
Biaya dan Upaya Tidak Tanggung-tanggung
Penyelanggara olimpiade London 2012 oleh karena itu selalu menekankan, bahwa semua cara dilakukan sekuat tenaga untuk menjamin keamanan. Biaya untuk upaya keamanan terkait olimpiade dapat melebihi rencana anggaran yakni sebesar 1,25 milyar Euro. Antara lain pengeluaran untuk 23.700 tentara dan personil militer lainnya. Pada masa puncak penyelenggaraan kontingen dapat ditambah 13.500 kekuatan. Padahal banyak tentara Inggris yang sedang ditugaskan di Afghanistan.
Jumlah petugas keamanan yang dipersiapkan oleh perusahaan G4S, sebetulnya akan mencapai jumlah setara dengan polisi (17.000). Namun G4S harus mengakui bahwa mereka tidak mampu menyediakan petugas yang mencukupi. Untuk mengisi kekurangan tersebut kini tambahan 3.500 tentara Inggris harus didatangkan.
Demonstrasi Kekuatan
Menjelang upacara pembukaan, pemerintah Inggris selama satu pekan melakukan latihan militer yang melibatkan mulai dari Eurofighter sampai helikopter militer. Peluru kendali udara ke darat demikian menurut pemerintah akan ditempatkan di atap-atap bangunan bertingkat di timur ibukota Inggris, sehingga dapt memonitor dengan baik Taman Olimpiade. Penembak jitu dilatih khusus menembak pilot „pesawat teroris“ yang terbang rendah. Untuk pertama kalinya petugas keamanan dengan senjata mesin berpatroli di jaringan transportasi tram bawah tanah.
Semua ini membuat Olimpiade 2012 menjadi operasi keamanan paling komprehensif bagi Inggris di masa perdamaian. „Pemerintah Inggris melakukan segala cara untuk mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi. Di udara, di darat, di bawah tanah dan di air.” Demikian dikatakan Kassimeris.
Bukan "Kota yang dibarikade"
Meskipun demikian pihak penyelenggara menekankan, London akan menyambut ramah tamu-tamunya walaupun adanya tindakan pengamanan ekstra. "Kami ingin menjamin agar semua pertandingan berjalan aman, tapi sekaligus kami tidak ingin menampilkan gambaran kota yang dikepung. Itu tak perlu terjadi di London.“ Disampaikan ketua komite organisasi Sebastian Coe. “Kami mengundang masyarakat ke London untuk merayakan ajang olah raga terbesar yang pernah dilihat negara ini,” demikian Coe.
Pengunjung hanya dapat datang ke stadion pertandingan lewat penjagaan keamanan yang ketat seperti di bandara. Dan diatur amat ketat apa yang boleh dibawa ke stadion dan apa yang tidak. Warga London juga diperingatkan bahwa dapat terjadi keterlambatan jadwal perjalanan tram dan bis. Jutaan pekerja yang menggunakan jasa transportasi umum akan terkena imbasan tindakan pengamanan yang ditingkatkan itu. Banyak perusahaan mengijinkan karyawannya mengerjakan tugasnya dari rumah saat berlangsungnya olimpiade. Yang lainnya mungkin akan meninggalkan London, untuk mencari ketenangan di luar ibukota Inggris tersebut.
"Jika melakukan upaya pengamanan dalam konteks sebesar ini, makan otomatis timbul kesulitan dan ketidaknyamanan. Kemungkinan besar kebebasan warga dalam tingkat tertentu terbatasi. Saya khawatir itu juga termasuk risikonya, jika ingin melindungi jalannya pertandingan,“ dituturkan pakar terorisme pada Universitas Wolverhampton George Kassimeris.
Joanna Impey
Editor: Dyan Kostermans