Rusia Tetap Tolak Sanksi Terhadap Assad
18 Juli 2012Dewan Keamanan PBB merencanakan voting menyangkut rancangan resolusi baru terhadap Suriah hari Rabu (18/07), Tapi diragukan akan tercapai kesepakatan. Pasalnya hingga menit-menit terakhir menjelang voting, Rusia dan negara-negara barat tidak berhasil mencapai kesepahaman mengenai formulasi resolusi.
Moskow tetap menolak dicantumkannya sanksi non militer terhadap rezim presiden Bashar al Assad. Apalagi sanksi sesuai pasal VII traktat PBB, yang memungkinkan tindakan secara militer. Sebaliknya Amerika Serikat dan aliansinya di Eropa terus menuntut sebuah resolusi baru yang harus mencantumkan sanksi sesuai pasal VII traktat PBB.
Upaya Annan di Moskow gagal
Utusan khusus PBB, Kofi Annan yang berupaya membujuk presiden Rusia, Vladimir Putin untuk mengubah sikap, dilaporkan juga hanya jalan di tempat. Putin memang menjanjikan dukungan bagi rencana perdamaian Annan, tetapi dengan mengajukan banyak persyaratan. Annan menyatakan di Moskow setelah pembicaraan dengan Putin, dia mengharapkan diskusi tetap dilanjutkan, dan kedua pihak menemukan kata sepakat.
Dewan Keamanan harus memutuskan hingga Jumat lusa, apakah mandat misi pengamat PBB di Suriah akan diperpanjang atau diakhiri. Hingga kini pembahasan mandat juga macet, karena barat mengkaitkannya dengan kemungkinan resolusi baru.
Sementara ini kelompok oposisi Dewan Nasional Suriah mengimbau Rusia untuk mendukung sebuah resolusi baru Suriah. "Veto Rusia dipandang sebagai izin luas bagi rezim Assad untuk melanjutkan aksi kekerasan", kata jurubicara Dewan Nasional Suriah, Bassma Kodmani dalam pertemuan dengan dutabesar Rusia di PBB, Vitaly Churkin di New York.
Pertempuran antara kelompok perlawanan dengan tentara pro-rezim di seputar ibukota Damaskus, dilaporkan terus berkobar. Pasukan Assad yang didukung helikopter tempur, belum berhasil merebut kembali bagian-bagian kota yang dikuasai pasukan anti-rezim, demikian laporan organisasi pemantau hak asasi di Suriah yang bermarkas di London. Jurubicara tentara pembebasan Suriah (FSA) kolonel Kassem Saadeddine yang desersi menyebutkan, siap memulai operasi pamungkas untuk membebaskan Damaskus dari kekuasaan rezim.
AS/AB (dpa, dapd, rtr)