Rusia Kewalahan Atasi Bencana Minyak di Laut Hitam?
23 Januari 2025Sejak beberapa pekan terakhir, wisatawan berbondong-bondong membatalkan liburan di pesisir Krasnodar di selatan Rusia. Penyebabnya adalah polusi minyak sejak karamnya dua kapal tanker Volgoneft-212 dan 239 pada 15 Desember silam.
"Orang tua tidak ingin mengirim anak-anaknya ke pantai yang berbahaya," kata seorang pengguna di saluran Telegram "Kub Mash". Menurut kabar yang beredar, sejumlah perusahaan juga telah menuntut uang kembali, setelah membeli voucher perjalanan untuk dibagikan kepada karyawan sebagai bonus.
Kepada surat kabar Rusia Parliamentskaya Gazeta, Nina Ostanina, ketua Komite Keluarga di parlemen Duma, mengatakan jumlah pesanan di kamp perkemahan remaja dan anak-anak di Anapa telah turun drastis.
Penurunan mencapai 27 persen pada bulan Januari, 38 persen pada bulan Februari, dan 40 persen pada musim panas. Kota di tepi Laut Hitam itu merupakan salah satu wilayah tujuan utama pariwisata di Rusia.
Bencana tumpahan minyak terjadi ketika kedua kapal tanker dilaporkan terjebak cuaca buruk di Selat Kerch, di lepas pantai Semenanjung Krimea yang diduduki Rusia. Salah satu kapal kandas di sebuah gundukan pasir dan kapal kedua karam. Seorang awak kapal dikabarkan tewas.
Minyak masih cemari lautan
Satu bulan setelah insiden tersebut, lubang di buritan salah satu kapal tanker tidak dapat ditutup karena sulitnya kondisi bagi penyelam, menurut pihak berwenang.
Menurut informasi resmi, sekitar 5.000 dari 9.200 ton minyak yang diangkut oleh kapal tanker kemungkinan telah tumpah di laut. Minyak yang diangkut adalah jenis berat M100, yang sebagian mengendap di dasar laut dan sebagian lagi terdampar di pantai. Polusi meluas di radius hingga lebih dari 50 kilometer.
Kementerian Perlindungan Bencana di Moskow mengklaim, saat ini tidak ada metode efektif untuk menghilangkan jenis minyak yang tumpah. Namun, pegiat lingkungan memastikan bahwa metode pembersihan telah dilakukan pada kasus tenggelamnya kapal tanker Prestige di lepas pantai Spanyol pada tahun 2002. Serupa Volgoneft, Prestige pun mengangkut minyak jenis M100.
Sementara itu, pihak berwenang Rusia memperkirakan awal musim panas akan membawa masalah tambahan. Saat suhu meningkat, minyak mulai larut dalam air yang mengakibatkan lebih banyak minyak terdampar di pantai.
Konsekuensi bagi lingkungan dan manusia
Eugene Simonov dari kelompok lingkungan Ukraine War Environmental Consequences Work Group, UWEC mengatakan kepada DW, dibutuhkan waktu sepuluh tahun bagi ekosistem alami untuk pulih. "Namun bagi beberapa spesies, tumpahan minyak ini dapat menimbulkan konsekuensi yang dramatis," aktivis lingkungan memperingatkan.
Menurut pantauan Greenpeace, hingga awal Januari, sebanyak 32 lumba-lumba dan 1.355 burung telah dilaporkan mati di sekitar lokasi tumpahan minyak. Anna Jerzak, seorang pakar di organisasi lingkungan untuk Eropa Tengah dan Timur, mengatakan kepada DW bahwa konsentrasi hidrokarbon yang tinggi berbahaya bagi ikan.
Pencemaran menyebabkan penurunan populasi dan terganggunya rantai makanan. "Dalam jangka panjang, minyak akan meracuni lamun, yang merusak habitat banyak organisme," kata Jerzak.
Pada musim panas mendatang, Eugene Simonov menambahkan, minyak juga akan membuat air laut "berbau tidak sedap, banyak perenang yang akan mengalami masalah pernapasan atau terpapar zat karsinogenik." Anna Jerzak juga memperingatkan tentang bahaya asap beracun, reaksi alergi dan peradangan kulit.
Relawan keluhkan intervensi pemerintah
Ribuan relawan yang dilengkapi pakaian pelindung, saat ini berusaha membersihkan pantai dan menyelamatkan satwa lokal dari tumpahan minyak. "Gerakan ini muncul secara spontan, dengan sekitar 10.000 orang mendaftarkan diri pada pusat penyelamatan burung," kata ahli ekologi Yevgeny Vitishko kepada DW. Berkat keterlibatan mereka, sekitar 2.500 burung berhasil diselamatkan.
"Jumlah itu sekitar setengah dari semua burung yang terpapar minyak. Jumlahnya lebih banyak dari yang biasa terjadi di seluruh dunia, biasanya cuma 10 hingga 12 persen yang diselamatkan," kata Vitishko.
Dia mencoba meyakinkan pihak berwenang untuk mendirikan pusat rehabilitasi burung, di mana satwa dapat dirawat selama tiga hingga enam bulan. "Kita hanya punya waktu satu bulan lagi untuk melakukan ini. Setelah itu, tidak akan ada lagi burung yang bisa diselamatkan," tegasnya.
Salah satu relawan mengatakan, kantor pusat mereka awalnya dibangun berkat dana sumbangan. Seiring berjalannya waktu, para relawan meminta orang-orang untuk memesan barang-barang dan peralatan yang diperlukan langsung dari toko daring dan mengirimkannya ke kantor pusat relawan. Mereka diberi fasilitas penginapan dan makanan gratis dari hotel-hotel setempat.
Moskow perketat sensor
Menurut temuan DW, pemerintah awalnya menyediakan pakaian pelindung untuk para relawan. Para relawan merasa bahwa merekalah, bukan negara, yang melakukan sebagian besar pekerjaan pembersihan.
Mereka mengeluh bahwa pejabat pemerintah sering ikut campur secara tidak perlu. Dalam pertemuan dengan para menteri, Presiden Rusia Vladimir Putin meminta "perwakilan resmi" untuk berpartisipasi lebih aktif dalam upaya pembersihan.
Ketika pegawai Kementerian Lingkungan Hidup datang ke Anapa pada awal Januari, mereka malah menyebabkan skandal. Rombongan menteri dikabarkan melepaskan sekitar 160 burung yang diselamatkan ke alam liar tanpa berkonsultasi dengan para ahli di lapangan.
"Mereka melakukannya demi pencitraan," kata seorang karyawan pusat relawan kepada DW. Seremoni pelepasan itu berakhir tragis, karena hampir semua burung ditemukan mati di pantai keesokan harinya.
Paparan minyak menghilangkan lapisan isolasi hangat alami pada bulu burung. Lapisan ini tidak bisa pulih dalam waktu yang singkat, jelas ahli ornitologi.
Setelah skandal tersebut, seorang pejabat ditunjuk ke markas besar sukarelawan untuk mengambil alih hubungan dengan media dan pihak berwenang. Relawan mengatakan, pejabat tersebut bertanggung jawab untuk memantau konten dalam obrolan internal kantor pusat.
Seorang relawan lain mengingat bahwa awalnya, pusat relawan bersuasana terbuka. "Saya kagum melihat betapa ramahnya orang-orang di sana. Ada yang membawa barang, ada yang memandikan burung, ada yang membagikan peralatan pelindung. Senang sekali bisa menjadi bagian dari itu. "
Tetapi ketika pihak berwenang mulai ikut campur, dia mulai meragukan data statistik dan metode kerja yang digunakan. Relawan yang merahasiakan identitasnya itu curiga bahwa pemerintah setempat berusaha menutupi data sesunggunnya karena takut kepada Kremlin.
Diadaptasi dari DW bahasa Jerman