Rusia Ingin Perusahaan Jerman Ikut Produksi Vaksin Sputnik V
9 Februari 2021Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn minggu lalu menyatakan, saat ini sedang dilakukan pembicaraan intensif dengan Moskow untuk mengeksplorasi kemungkinan kerja sama produksi Sputnik V di Jerman. IDT Biologika di Dessau, negara bagian Sachsen Anhalt terpilih karena terletak di wilayah bekas Jerman Timur, yang dulu merupakan mitra dekat Rusia.
Seorang juru bicara di kantor Perdana Menteri Sachsen Anhalt Rainer Haseloff membenarkan adanya pembicaraan itu. Pengembang dari Rusia, Gamaleya Institute di Moskow, bahkan sudah menghubungi IDT Biologika untuk membahas produksi vaksin Sputnik V bersama-sama.
"Tidak ada keberatan ideologis terhadap Sputnik V. Kami menyambut baik apapun yang dapat membantu dalam perang melawan virus corona," katanya kepada kantor berita Reuters. "Jika IDT Biologika ingin memproduksi vaksin Rusia dan disetujui di Uni Eropa, kami sebagai pemerintah negara bagian tentu akan melakukan segalanya untuk membantu perusahaan."
Tetapi juru bicara IDT Biologika menolak menanggapi kerja sama itu dan hanya mengatakan bahwa pembicaraan tengah berlangsung.
Aspek waktu sangat penting
IDT Biologika adalah perusahaan manufaktur dan pengembang vaksin yang sering mendapat kontrak dari perusahaan-perusahaan farmasi lain di seluruh dunia. Perusahaan ini didirikan hampir 100 tahun lalu, dan saat ini memiliki sekitar 1.400 karyawan yang bekerja di pabrik di Dessau-Rosaslau dan Magdeburg di Jerman bagian timur. Selain itu, IDT Biologika punya fasilitas produksi di Rockville, Maryland, Amerika Serikat.
Ketika virus corona mulai menyebar tahun lalu, IDT Biologika juga mencoba membuat vaksin sendiri dengan bantuan dana 114 juta euro dari pemerintah Jerman. Namun vaksinya dalam uji klinis tahap pertama gagal memicu respons imun yang cukup pada manusia. Namun sebagai produsen kontrak, IDT Biologika sudah membuat vaksin Covid-19, antara lain 8 juta dosis vaksin AstraZeneca.
Kepala Utama IDT Biologika Jürgen Betzing sejauh ini juga menolak berkomentar tentang prospek pembuatan vaksin Sputnik. Kepada harian lokal Mitteldeutsche Zeitung dia hanya mengatakan: "Pengetahuan kami saat ini memang sangat diminati." Selanjutnya dia menerangkan, persiapan produksi untuk sebuah vaksin baru akan memakan waktu "empat sampai lima bulan."
Kepala pengembangan IDT Biologika Andreas Neubert secara umum memperingatkanjangan sampai ada ekspektasi publik yang berlebihan. "Setiap proses yang kita bangun, setiap kontrol kualitas dan teknologi yang kita terapkan, akan membutuhkan waktu tertentu,” katanya kepada radio Deutschlandfunk.
Sudah digunakan di 15 negara
Jika disetujui oleh regulator Uni Eropa, Sputnik V bisa menjadi vaksin keempat yang tersedia di kawasan itu setelah vaksin dari BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca. Namun, peluncurannya saat ini terhambat oleh penundaan pengiriman dan kemacetan produksi.
Jurnal medis terkemuka The Lancet melaporkan pada hari Selasa lalu ((2/2) bahwa Sputnik V, yang dikembangkan di Pusat Penelitian Nasional untuk Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya Rusia, memiliki tingkat efikasi 91,6% melawan gejala COVID-19. Penilaian itu dilakukan setelah uji klinis fase III. Namun vaksin Rusia itu dikritik kalangan medis karena sudah digunakan di negara itu secara massal tahun lalu, sebelum semua uji klinis selesai dan hasilnya dianalisis.
Menurut dana investasi publik Rusia RDIF, yang telah mendanai penelitian vaksin, lebih dari 2 juta orang di 15 negara, kebanyakan di negara berkembang, sejauh ini telah menerima suntikan Sputnik V.
Kanselir Jerman Angela Merkel telah menawarkan bantuan pemerintahnya dalam mempercepat persetujuan Sputnik V di Uni Eropa. Prancis dan Spanyol juga telah mengisyaratkan kesediaan mereka menggunakan vaksin itu.
(hp/pkp)