Lebih dari 65,3 Juta Orang Mengungsi
20 Juni 2016Satu dari setiap 113 orang di dunia adalah pengungsi dan pencari suaka. Dalam laporan terbaru yang diumumkan hari Senin (20/06), badan urusan pengungsi PBB, UNHCR menyatakan, pada tahun 2015, lebih dari 65,3 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat kekerasan, penganiayaan dan konflik.
Laporan itu tertuang dalam laporan tahunan Global Trends yang dirilis bertepatan dengan Hari Pengungsi Dunia.
"Ini adalah pertama kalinya, jumlah pengungsi melampaui 60 juta jiwa," tandas UNHCR, seraya menambahkan 59,5 juta orang mengungsi pada tahun 2014.
Semakin melonjaknya jumlah pengungsi tersebut menandai tingkat risiko yang belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang sepengetahuan UNHCR. Besarnya jumlah tersebut juga menandai semakin besarnya jumlah penderitaan penderitaan manusia.
Anak-anak paling berisiko
Laporan itu juga menunjukkan sekitar 51 persen dari jumlah pengungsi di dunia pada tahun 2015 masih berusia anak-anak.
Banyak anak-anak yang terpisah dari orang tua mereka atau bepergian sendiri, dengan lebih dari 98.400 permohonan suaka diajukan oleh anak-anak tanpa pendamping.
"Ini adalah total angka tertinggi yang tercatat oleh UNHCR. Hal ini merupakan refleksi tragis bagaimana situasi global mempengaruhi kehidupan anak-anak."
Jerman menerima sebagian besar permohonan suaka
Lebih dari satu juta orang melarikan diri ke Eropa tahun lalu, yang akibatnya memicu krisis politik dan langkah-langkah legislatif yang kontroversial.
Jerman menerima permohonan suaka lebih banyak daripada negara lain, dengan jumlah 441.900 permohonan suaka yang diajukan tahun lalu.
Laporan ini mencatat bahwa tingginya jumlah itu mencerminkan "kesiapan Jerman untuk menerima orang yang melarikan diri ke Eropa melalui Mediterania."
Amerika Serikat menerima jumlah tertinggi kedua dengan 172.000 permohonan suaka, sementara Swedia dan Rusia juga menerima lebih dari 150.000 permohonan yang diajukan di setiap negara.
Selama dua tahun berturut-turut, Turki mencatatkan diri sebagai negara “tuan rumah" pengungsi, dengan menerima sekitar 2,5 juta orang pengungsi, yang datang dari negara tetangga, Suriah - tahun lalu.
Pakistan, yang terletak di sebelah Afghanistan, menerima 1,6 juta orang sementara Libanon, yang juga tetangga Suriah, mengakomodasi 1,1 juta pengungsi.
Xenofobia meningkat
Belum pernah terjadi sebelumnya, situasi dimana krisis pengungsian global telah diperburuk oleh kenaikan sentimen politik anti-orang asing.
Keengganan untuk menerima pengungsi yang masuk menyulitkan upaya pemukiman kembali dan pendistribusikan mereka yang melarikan diri konflik dan penganiayaan, papar kepala UNHCR Filippo Grandi.
"Kesediaan negara untuk bekerja sama bukan hanya untuk pengungsi, namun juga untuk kepentingan umat manusia sedang diuji saat ini," katanya dalam sebuah pernyataan. "Munculnya xenofobia -- sayangnya-- menjadi gambaran pada lingkungan mana kita bekerja."
Grandi mengecam tindakan beberapa negara Eropa yang menimbulkan hambatan seperti pembuatan pagar perbatasan dan aturan pembatasan jumlah pengungsi dalam melewati perbatasan, sehingga membatasi akses pengungsi untuk mencapai negara-negara Eropa yang lebih kaya dan damai.
Dia mengatakan kebijakan yang terjadi seperti di Eropa ini "menyebarkan contoh negatif di seluruh dunia. "Tidak ada rencana B bagi Eropa dalam jangka panjang," kata Grandi. "Eropa akan terus menerima orang yang mencari suaka. Jumlah mereka mungkin berbeda ... tapi itu tidak bisa dihindari."
"Sekarang ini semua orang harus berbagi tanggung jawab," demikian desaknya.
ap/vlz(ap, afp, dpa, reuters)