‘Rapor Merah‘ Perlindungan Anak di Dunia Tahun 2018
28 Desember 2018Laporan tahunan yang diterbitkan UNICEF, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk anak-anak, Jumat (27/12), mencatat lemahnya upaya perlindungan anak di dunia. Angka kekerasan terhadap anak kian mengkhawatirkan dari tahun ke tahun.
Di Afganistan sekitar 5000 anak terluka parah hingga terbunuh akibat perang. Hal serupa terjadi di Syria dan Yaman. Anak-anak bahkan tewas terbunuh di dalam bis yang hendak mengantarkan mereka ke sekolah. Di Ukraina timur, sekitar 400 ribu anak setiap harinya menghadapi ancaman kematian saat menyebrang area konflik yang dipenuhi ranjau aktif.
Penderitaan anak-anak di berbagai lokasi dinilai telah mencapai level yang ekstrim. ‘‘Pihak yang bertikai berkomitmen melakukan kejahatan tanpa mendapat hukuman. Kini kondisi kian memburuk. Masih banyak yang perlu dan harus dilakukan untuk melindungi dan menolong anak-anak.‘‘ ujar Manuel Fontaine, direktur program darurat UNICEF.
Anak-anak juga kerap menjadi korban penculikan atau dijadikan ‘‘senjata‘‘ perang seperti di Somalia, di mana 1200 anak diculik dan dilatih untuk menjadi ‘tentara‘ perang. Sedangkan di Kamerun 60 anak diculik dari sekolah di Nkwen untuk dijadikan tawanan perang.
Akibat konflik tak hanya kematian, ribuan sekolah ditutup, akses kesehatan pun terbatas. Mal nutrisi terjadi, pertolongan terhadap penderita ebola terhambat. Belum lagi angka kejahatan seksual yang terus meningkat.
‘‘Saat perang terjadi, jangan menyerang anak-anak! Setiap pihak memiliki tanggungjawab untuk melindungi anak-anak. Jika tidak, anak-anak beserta keluarga dan komunitasnya akan terus menderita dan menghadapi kehancuran saat ini dan di masa yang akan datang.‘‘ tegas Fontaine.
slc/rzn (AFP, UNICEF)