Polisi Arab Saudi Lepaskan Perempuan Rok Mini
20 Juli 2017Pejabat Arab Saudi hari Rabu (18/7) mengumumkan, perempuan yang ditahan karena memakai rok di tempat umum sudah dibebaskan. Otoritas Arab Saudi menyatakan, tidak ada tuntutan yang akan diajukan terhadap perempuan itu.
Video yang menjadi viral dan menyulut reaksi beragam di dalam dan luar negeri sempat ditahan polisi dan diinterogasi karena melanggar aturan berpakaian bagi perempuan. Kalangan pengamat menilai, reaksi internasional terhadap video itu kemungkinan menjadi alasan pemerintah Arab Saudi tidak melakukan penuntutan dan dengan cepat membebaskannya. Di masa lalu, banyak perempuan dijatuhi hukuman penjara misalnya karena melanggar larangan mengemudi.
Video perempuan muda itu selama akhir minggu menjadi sorotan di media sosial karena menunjukkan dia berjalan-jalan di sebuah lokasi bersejarah di utara kota Riyadh dengan mengenakan rok dan tanpa menutup kepalanya.
UU Saudi mewajibkan semua perempuan yang tinggal di wilayah kerajaan tersebut, termasuk orang asing, mengenakan pakaian tradisional jubah panjang dan longgar yang dikenal sebagai abaya jika berada di tempat umum. Kebanyakan perempuan Saudi juga mengenakan jilbab untuk menutupi kepala dan wajahnya, sekalipun tidak dituntut dalam peraturan yang berlaku.
Pusat Komunikasi Internasional Arab Saudi dalam sebuah pernyataan pers mengatakan, polisi membebaskan perempuan yang tidak disebutkan namanya itu hari Selasa malam (18/7) setelah beberapa jam diinterogasi. Perempuan itu mengatakan kepada penyidik bahwa video itu diunggah dan disebarkan di media sosial tanpa sepengetahuannya.
"Dia dibebaskan tanpa tuduhan, dan kasus tersebut telah ditutup oleh jaksa penuntut," kata pernyataan tersebut.
Meskipun ada pengawasan ketat dari pemerintah, banyak warga Arab Saudi yang aktif di media sosial dan mengakses internet dengan menghindari sensor pemerintah. Lebih dari setengah populasi Arab Saudi berusia di bawah 25 tahun. Media sosial Twitter sangat populer di kalangan warga Arab Saudi sebagai tempat untuk melampiaskan rasa frustrasi dan mengukur opini publik.
Kalangan konservatif yang marah atas penyebaran video perempuan rok mini itu sempat menuntut perempuan itu dihukum keras dengan alasan agar tidak memberi contoh kepada warga muda lain. Tetapi banyak pengguna media sosial yang juga membela tindakan perempuan itu dan memujinya karena "tindakan yang berani". Aktivis media sosial mempertanyakan mengapa video tersebut bisa memicu kemarahan seperti itu, tapi ketika terjadi pelanggaran hak asasi manusia, misalnya, tidak ada perdebatan yang sengit.
hp/vlz (ap, afp)