PM India Narendra Modi Serukan Persatuan G20
2 Maret 2023Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi meresmikan pertemuan para menteri luar negeri G20 pada hari Kamis (02/03) di New Delhi, dengan mendesak negara-negara G20 untuk berfokus pada persatuan di tengah banyaknya perpecahan.
"Kita tidak boleh membiarkan isu-isu yang tidak dapat kita selesaikan bersama menghalangi isu-isu yang dapat kita selesaikan," kata Modi dalam pidatonya.
Perang di Ukraina menjadi prioritas utama
Invasi Rusia ke Ukraina menjadi topik utama dalam diskusi pertemuan 19 negara dan Uni Eropa (UE). Pertemuan itu dimulai dengan seruan Amerika Serikat (AS) yang sekali lagi meminta agar Rusia mundur dari Ukraina.
"Sayangnya, pertemuan ini sekali lagi dinodai oleh perang Rusia yang tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan terhadap Ukraina," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken. Blinken juga menambahkan bahwa negara-negara G20 harus terus menyerukan kepada Moskow untuk menghentikan invasinya.
Ada kekhawatiran di antara para delegasi Barat bahwa Cina tengah mempertimbangkan untuk memasok senjata ke Moskow. Para delegasi ini diperkirakan akan menggunakan KTT G20 kali ini untuk mencegah Beijing mengintervensi perang Ukraina, yang telah dimulai lebih dari setahun yang lalu.
Sebagai tuan rumah, India telah menolak untuk mengkritik invasi Rusia dan justru menyerukan diselenggarakannya pembicaraan diskusi untuk meredakan konflik tersebut. Hal ini telah menempatkan New Delhi dalam posisi yang canggung dengan negara-negara Barat. Namun, Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell mengatakan bahwa dia yakin India akan "membuat Rusia memahami bahwa perang ini harus diakhiri."
Borrell menambahkan kepada para wartawan bahwa "keberhasilan pertemuan hari ini akan diukur dari apa yang akan dapat kita lakukan terhadap hal itu." Borrell juga dijadwalkan untuk bertemu dengan Menlu Cina Qin Gang, di sela-sela pertemuan G20 tersebut.
Kantor berita milik pemerintah Cina, Xinhua, pekan lalu mengutip diplomat tinggi Wang Yi yang mengatakan bahwa Beijing bersedia untuk "memperkuat koordinasi strategis" dengan Rusia setelah bertemu dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov dan Presiden Vladimir Putin di Moskow.
Menlu AS Antony Blinken mengatakan bahwa dia tidak memiliki rencana untuk bertemu secara pribadi dengan Menlu Rusia Lavrov. Menurut para pejabat, terakhir kali keduanya berada dalam satu ruangan yakni pada pertemuan G20 di Bali.
"Jika Rusia, Presiden Putin, benar-benar siap untuk terlibat dalam diplomasi yang penting yang diperlukan untuk mengakhiri agresi itu, tentu saja kami akan menjadi orang pertama yang bekerja untuk terlibat, tetapi tidak ada bukti tentang hal itu," kata Blinken.
'Netralitas menguntungkan pihak yang menyerang,' kata Baerbock
Menjelang KTT G20, Menlu Jerman Annalena Baerbock telah bertemu dengan koleganya dari Cina, Qin Gang, pada hari Kamis (02/03).
"Dalam menghadapi serangan brutal Rusia di Ukraina dan Piagam PBB, netralitas menguntungkan pihak yang menyerang," tulis menlu Jerman tersebut dalam cuitannya di Twitter.
"Minggu lalu, setahun sejak dimulainya serangan Rusia, sebagian besar negara di Majelis Umum PBB mengecam perang brutal ini," kata Baerbock dalam sebuah pernyataan.
Apa lagi yang ada dalam agenda?
Selain perang Ukraina, dalam pertemuan G20 kali ini juga akan membahas topik-topik lain, seperti krisis iklim, ketahanan pangan, ketahanan energi, hingga ketahanan pupuk.
"G20 dibentuk untuk memberikan harapan kepada dunia bahwa masalah-masalah yang paling mendesak dapat diselesaikan. Itulah sebabnya saya datang ke New Delhi untuk menyampaikan prioritas negara Jerman, (yakni) kami sedang mengupayakan solusi bagi krisis utang karena terlalu banyak negara yang beresiko runtuh karena beban utang yang begitu besar," jelas Baerbock.
India ingin agar kepresidenan G20 tahun ini berfokus pada isu-isu seperti mengatasi kemiskinan dan pendanaan iklim, namun perang Ukraina sejauh ini telah mengesampingkan agenda-agenda tersebut.
Minggu lalu, para menteri keuangan G20 telah bertemu di Bengaluru, namun gagal menyepakati sebuah pernyataan bersama karena kurangnya konsensus mengenai Rusia. Sebagai gantinya, sebuah "ringkasan ketua dan dokumen hasil" telah dikeluarkan.
kp/vlz (dpa, AFP, Reuters)