Pilpres Cile: Kandidat Independen yang Kontradiktif Memimpin
22 November 2021Warga Cile menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden pada Minggu (21/11). Cile berencana untuk menulis ulang konstitusi era kediktatoran Augusto Pinochet setelah protes yang meluas membuat pemerintah bertekuk lutut dua tahun lalu.
Hasil awal menunjukkan Antonio Kast dan Gabriel Boric memimpin, dengan sekitar 90% suara yang telah dihitung. Kast dari partai sayap kanan tampaknya telah memenangkan putaran pertama, dengan 28,02% suara. Sementara, Boric yang beraliran sayap kiri mengamankan 25,60%.
Kast dan Boric tampaknya akan bersaing dalam putaran putaran kedua pada 19 Desember, jika tidak ada kandidat yang mendapatkan 50% perolehan suara.
Walau ada tujuh kandidat lainnya yang bersaing, tetapi jajak pendapat menunjukkan para pemilih cenderung mendukung dua orang luar yang sangat bertentangan ini.
Siapa saja capresnya?
Gabriel Boric, pria berusia 35 tahun yang muncul sebagai mahasiswa sekaligus aktivis dan kini menjadi anggota parlemen. Dia memimpin koalisi Menyetujui Martabat yang mencakup partai-partai progresif, kiri dan hijau.
Boric berjanji akan mengenakan pajak pada orang super kaya untuk membantu membayar layanan sosial dan melindungi lingkungan. Dia dianggap sebagai yang terdepan, melawan saingannya Antonio Kast.
Kast yang berusia 55 tahun, menonjol dengan pujiannya atas kediktatoran brutal Augusto Pinochet yang mengambil alih Cile dalam kudeta berdarah pada 1974 dan berlangsung hingga 1990.
Ayah sembilan anak ini telah mempromosikan poin pembicaraan konservatif seperti "nilai-nilai keluarga" dan menyerang imigran, menyalahkan mereka atas kejahatan di negara itu.
Keduanya telah menarik dukungan dari sekitar seperempat pemilih dalam jajak pendapat pra-pemilihan. Kandidat yang tersisa, yakni senator Demokrat Kristen Yasna Provoste, profesor sayap kiri Eduardo Artes, dan politisi progresif Marco Enriquez-Ominami, gagal menyamai popularitas Kast dan Boric.
Mengapa pilpres ini penting?
Jajak pendapat yang menunjukkan bahwa dua kandidat luar justru memimpin dalam pemungutan suara, mencerminkan kecenderungan terpolarisasi dan anti-kemapanan seperti yang terlihat di negara lain dalam beberapa tahun terakhir.
Negara ini sedang mengalami masa perubahan besar yang ditandai dengan penulisan ulang konstitusi. Sekitar 80% pemilih mendukung langkah tersebut dalam referendum yang dianggap sebagai kemenangan bagi gerakan protes 2019.
Protes-protes itu dipicu oleh kenaikan biaya transportasi umum, tetapi berkembang menjadi kecaman umum tentang gaji yang rendah, layanan publik yang buruk, dan ketidaksetaraan yang tinggi.
Puluhan orang tewas dalam bentrokan di jalanan dengan polisi.
Pada bulan Mei tahun ini, sebuah badan independen terpilih mulai merancang konstitusi baru, dengan didominasi oleh kandidat yang berhaluan kiri.
Meskipun memiliki salah satu ekonomi terkuat di Amerika Selatan, Cile mengalami pukulan keras akibat pandemi virus corona.
Pengangguran meningkat dan banyak yang menuntut lebih banyak bantuan sosial dan subsidi, dengan banyak kebijakan neoliberal era Pinochet yang sebagian besar tidak tersentuh selama beberapa dekade.
Presiden Sebastian Pinera, yang tidak mencalonkan diri untuk pemilihan kembali, memberikan suaranya di pagi hari dan meminta warga Cile untuk pergi ke bilik suara.
"Semua suara penting. Datang dan pilih," katanya. "Kita mampu menyelesaikan perbedaan kita dengan cara damai."
pkp/ha (AP, AFP)