Perundingan Mesir-Hamas di Kairo Berlangsung Alot
14 Januari 2009Pemerintah Mesir dan Hamas tengah bernegosiasi mengenai rencana gencatan senjata 10 hari di Jalur Gaza, demikian diungkapkan pemerintah Mesir hari Rabu (14/01) di Kairo. Sementara itu jumlah warga Palestina di Jalur Gaza yang terbunuh akibat aksi militer Israel mencapai lebih dari seribu orang.
Pemerintah Mesir dan Palestina mengatakan mereka berharap Hamas menyetujui jeda perang sementara yang juga harus disetujui Israel. Dalam jumpa pers di Kairo, perwakilan Hamas mengatakan sudah mengungkapkan usulannya kepada Mesir mengenai perubahan dalam prakarsa Mesir. Sekarang Hamas menyerahkan keputusan kepada pemerintah di Kairo untuk memberitahukan usulan Hamas kepada Israel.
"Organisasi telah mengungkapkan pandangannya secara rinci kepada pimpinan Mesir dan dengan itu Mesir dapat melanjutkan upaya mengakhiri agresi dan mencabut ketidakadilan terhadap warga kami di Jalur Gaza," demikian dinyatakan juru runding Hamas Salah al-Bardawil.
Bardawil menolak untuk menceritakan rincian usulan Hamas kepada Mesir, namun menyebutkan inti permintaan organisasi itu terhadap Israel tetaplah penarikan mundur segera pasukan Israel dari Gaza dan pembukaan permanen perbatasan ke Gaza.
Seorang penasihat senior Hamas Ghazi Hamad, mengatakan kepada stasiun penyiaran Inggris BBC bahwa terdapat kemajuan di Mesir dan berharap Mesir menghubungi Israel dan membicarakan usulan Hamas dengan Israel.
Menteri Luar Negeri Mesir, Ahmed Aboul Gheit mengatakan, rincian dalam rancangan perjanjian gencatan senjata tetap dirahasiakan hingga semua pihak menyetujui semua pasal-pasalnya, termasuk penarikan mundur pasukan Israel dari Gaza, pembukaan perbatasan yang diblokade dan penempatan pengamat internasional di Gaza.
Sementara itu, Israel tidak menunjukkan isyarat akan menghentikan serangannya terhadap Jalur Gaza yang memasuki hari ke-19. Serangan rudal Israel Rabu kemarin (14/01), mengenai kawasan pekuburan yang padat. Militer Israel mengatakan serangan udara tersebut diarahkan ke gudang senjata rahasia di dekat kawasan pemakaman tersebut.
Dari kawasan perbatasan Libanon dan Israel dilaporkan, gerilyawan menembakkan roket ke kawasan utara Israel Rabu kemarin (14/01) untuk kedua kalinya pekan ini. Serangan itu langsung dibalas militer Israel dan dapat memicu pertempuran baru Israel. Tidak ada yang terluka dalam serangan roket itu, dan tidak ada yang mengaku bertanggung jawab atas penembakan roket tersebut. Terdapat spekulasi bahwa aksi tersebut didalangi kelompok Palestina. Hisbullah, kelompok gerilyawan Libanon yang terlibat peperangan dengan Israel di tahun 2006, menyangkal keterlibatannya dalam serangan roket dari Libanon ke Israel pekan lalu.
Negara-negara muslim mengungkapkan kemarahannya terhadap serangan Israel ke Jalur Gaza. Pemimpin Al Qaida Usama bin Ladin mempublikasikan rekaman suaranya, menyerukan muslim melaksanakan perang suci melawan Israel. Pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengeluarkan fatwa larangan membeli barang-barang Israel atau bertransaksi dengan perusahaan Israel.
Rabu siang di Kairo (14/01), usai bertemu dengan Presiden Mesir Hosni Mubarak, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon mengatakan, "Pertama-tama dan yang paling penting adalah gencatan senjata. Kemudian baru dapat dibicarakan mengenai bantuan kemanusiaan dan perlindungan terhadap warga Gaza, dengan melakukan mekanisme internasional seperti pengamat atau semacamnya."
Kamis ini (15/01), Ban Ki-moon berangkat ke Israel dan bertemu dengan para pekerja bantuan badan PBB. Dia juga dijadwalkan mengunjungi Yordania, Tepi Barat Yordan, Turki, Libanon, Suriah dan Kuwait. (ls)