Oil cleanser, water based cleanser, exfoliator, toner, essence, perawatan (serum/vitamin), masker wajah, krim mata dan pelembab. Semua itu secara berturut-turut adalah 10 (sepuluh) tahapan perawatan wajah sebelum tidur demi mendapatkan wajah cantik mulus berseri a la selebriti Korea. Bayangkan berapa banyak waktu dan uang yang dihabiskan demi mencapai tujuan tersebut. Ini hanya tahapan perawatan wajah sebelum tidur, belum lagi tahapan make up sebelum berangkat kantor misalnya. Pelembab, tabir surya, primer, alas bedak, countour, bedak, menggambar alis, merona pipi dan menggambar bibir. Menjadi perempuan tidak pernah mudah dengan segala harapan dan tuntutan masyarakat.
Tentu menjadi cantik dan menarik tidak salah. Menggunakan make up atau melakukan perawatan wajah adalah bentuk apresiasi dan kepedulian kita terhadap diri kita sendiri dan orang lain yang melihat. Namun sebelum berniat untuk membeli segepok produk perawatan wajah dan make up, ada baiknya kita melihat struktur masyarakat yang lebih luas terkait tujuan dan hambatan-hambatan kita untuk memiliki kulit halus dan indah.
Cantik adalah hak segala bangsa
Namanya Gladhys Elliona, saya bertemu dia pada tahun 2014 dalam sebuah diskusi. Warna kulitnya sawo matang, matanya kecil, badannya berisi dan rambutnya hitam legam keriting. Dia menggunakan blus warna hitam dan anting-anting bundar emas yang terselip di daun telinga. Saya terpana beberapa detik ketika pertama bertemu dengannya.
Tanpa mengucap sepatah kata saya langsung mendapatkan kesan bahwa dia adalah perempuan paling cantik yang pernah saya temui seumur hidup saya. Tapi Gladys tidak mempercaya kesan yang saya dapatkan tentang dirinya. Setiap hari di Instagram ia dicekoki iklan perawatan wajah yang menggunakan model perempuan Korea yang berkulit putih laksana porselen.
Di perjalanan menuju kosnya ia temui papan iklan pakaian dengan model perempuan barat yang tinggi semampai menggunakan pakaian muslimah. Bahkan dalam iklan detergen di televisi dihadirkan sosok ibu rumah tangga berwajah remaja dengan rambut hitam lurus panjang menjuntai. Tidak masuk akal. Namun, tidak juga dari kita di Indonesia menuntut tidak masuk akal yang setiap hari disajikan oleh rumah produksi iklan tersebut.
Semua informasi yang disajikan setiap hari dalam iklan, walaupun sambil lalu membentuk bayangan setiap orang akan definisi perempuan cantik. Dalam iklan detergen yang bahkan sama sekali tidak ada hubungannya dengan produk perawatan kecantikan, standar ibu rumah tangga cantik adalah: perempuan muda, berkulit terang, kurus semampai, berambut lurus dan panjang. Imaji perempuan cantik ini dipaparkan terus menerus setiap harinya dan terpatri dalam pikiran setiap manusia bahwa standar cantik adalah perempuan muda, berkulit terang, kurus semampai, berambut lurus dan panjang.
Kapitalisme sangat berperan dalam membentuk standar kecantikan. Kenyataannya industri kosmetik di seluruh dunia dikuasai oleh perusahaan-perusahaan seperti Amerika (Unilever, Johnson&Johnson), Jepang (Shiseido), Prancis (L'Oreal) dan Korea (Etude, The Face Shop, dst). Apa hubungannya standar kecantikan dengan negara pemilik modal industri kecantikan? Jawabannya adalah standar kecantikan. Baik negara Eropa dan Asia Timur memiliki karakteristik dan standar cantik yang sesuai dengan wilayah geografisnya.
Produk SK II misalnya, sebuah merek produk kecantikan kulit dari Jepang akan menggunakan Gong Li standar kecantikan perempuan Asia Timur: kulit putih porselen, mulus tanpa kerut dan rambut hitam panjang. Produk maskara Maybelline milik perusahaan L'Oreal Paris akan menggunakan Gigi Hadid sebagai representasi kecantikan kulit putih dengan rambut pirang, hidung mancung dan tubuh semampai. Hanya produk lokal seperti Sari Ayu dari Martha Tilaar Berto yang bersikukuh untuk menggunakan representasi cantik nusantara menggunakan perempuan Indonesia dengan warna kulit yang lebih gelap, itu juga sudah dipengaruhi standar kurus-tinggi-semampai yang digunakan oleh perusahaan pakaian untuk menjual produknya.
Toh, dengan standar yang lebih mendekati fisik orang Indonesia, merek lokal tetap susah payah bersaing karena produk impor punya nilai global yang memberi konsumen Indonesia rasa gengsi lebih tinggi ketika membeli dan menggunakan.
Kerusakan lingkungan dan upaya menjadi cantik
Keringat dari sinar matahari yang menyengat membuat kita, perempuan Indonesia, tidak mungkin untuk menggunakan maskara tanpa embel-embel waterproof-smudgeproof di kota besar seperti Jakarta, Surabaya apalagi Bekasi. Musuh utama perawatan kulit adalah sinar matahari oleh karena itu setelah menggunakan pelembab wajib hukumnya mengoleskan tabir surya dengan kandungan SPF minimal 30 untuk melindungi kulit wajah dari paparan ultraviolet A dan B. Polusi udara dan asap kendaraan yang tidak bisa ditoleransi menjadi penyebab kulit kotor penyebab jerawat.
Musuh utama perempuan atau gender lainnya dalam merawat dan melestarikan kulit wajah yang cantik dan sehat sesungguhnya adalah kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Membayangkan, semakin meningkatnya polusi udara yang disebabkan oleh asap Gojek akan membuat kebutuhan akan produk perawatan kulit antijerawat meningkat. Paparan sinar matahari yang semakin intens dan membakar membuat kita butuh kualitas maskara dan foundation yang lebih baik dan tidak mudah pudar dan menimbulkan joker-eye.
Jika kita peduli pada kondisi kesehatan kulit kita, kita harus memperhatikan faktor perubahan iklim lebih serius. Paparan sinar matahari yang semakin membara tidak hanya merusak perawatan kulit kita tapi bisa juga menimbulkan kanker kulit dan gagal panen di pedesaan yang serius. Polusi udara tidak hanya menyebabkan jerawat tapi juga ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) khususnya kepada anak-anak. Masalah perawatan kulit yang terlihat sepele ternyata berhubungan dengan struktur masyarakat yang lebih luas.
Sekarang bayangkan bagaimana produk-produk kosmetik impor itu dibuat dan dikirim, khususnya dengan kehadiran belanja online yang menggunakan banyak plastik untuk membungkus produk. Limbah produksi dan emisi dari pengiriman bukan hal yang sepele jika dikuantifikasi dan dampak kerusakan lingkungan serius seperti sampah dan kenaikan panas bumi.
Kita tidak bisa diam saja terhadap perubahan iklim dan berhadap menyelesaikannya dengan membeli make up/produk perawatan kulit yang semakin canggih dan mahal. Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, hanya membuat pengeluaran belanja kosmetik semakin besar. Masalah perawatan kulit adalah masalah serius yang harus diselesaikan dari akarnya. Kita tidak bisa menutup mata terhadap kerusakan lingkungan karena gaya hidup konsumtif belanja kosmetik ternyata menjadi penyebab kita membutuhkan semakin banyak kosmetik untuk mencapai standar cantik.
Ambisi menjadi cantik pada hari ini tidak bisa dicapai dengan sekadar membeli banyak produk perawatan kulit saja. Bergabung dengan gerakan menolak perubahan iklim yang politis juga perlu dilakukan.
Karena kerusakan iklim sangat berdampak pada kesehatan kulit dan menambah beban belanja dan perawatan kulit. Semakin banyak skin care dan make up yang kita gunakan, se mentara kita diam saja dengan gelombang panas yang menerjang aka membuat semua upaya kita menjadi cantik sia-sia belaka.
Mulai esok, tambahkanlah demonstrasi dan protes terhadap kerusakan lingkungan hidup sebagai salah satu tahapan perawatan kecantikan kulit dan wajah.
@Nadyazura adalah essais dan pengamat masalah sosial.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
*Bagaimana komentar Anda atas opini di atas? Silakan tulis dalam kolom komentar di bawah ini.