Pertemuan Dua Sahabat di Kabul
30 Januari 2018Serangan teror bom mobil di Kabul, ibu kota Afghanistan, jelang jadwal kunjungan kenegaraannya tidak membuat Presiden Joko Widodo ciut. Bahkan beberapa jam setelah serangan bom susulan, didampingi ibu negara, Presiden Jokowi menjejakkan kakinya di Afghanistan. Ia menjadi Presiden Republik Indonesia kedua setelah Presiden Sukarno yang mengunjungi negara Afghanistan tahun 1961.
Namun keberadaan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana di Kabul hanya sekitar enam jam. Tiba hari Senin, 29 Januari, rombongan Jokowi tiba di Kabul pada pukul 11.40 waktu setempat dan pada petang harinya telah meninggalkan negara itu.
Menembus hujan salju dan cuaca dingin menggigit dari bandara internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana menempuh perjalanan dengan mobil selama 10 menit untuk tiba di Istana Presiden Agr. Pelukan hangat Presiden Ashraf Ghani menyambut kedatangan Jokowi, demikian isi keterangan pers Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden. Pertemuan kedua kepala negara ini tampak seperti dua orang sahabat yang sudah lama tak berjumpa.
Perdamaian adalah kunci
Kedua kepala negara langsung berjalan kaki berdampingan untuk mengikuti upacara kenegaraan. Diselimuti suhu udara 1 derajat celsius dan terpaan hujan salju mereka melakukan inspeksi pasukan.
Keduanya menebar senyum sebagai pesan kepada dunia bahwa persahabatan dan perdamaian adalah kunci dalam memanifestasikan kesejahteraan.
Dalam pertemuan empat mata, tidak tampak ada ketegangan yang memperlihatkan mereka berada di kota yang baru diguncang ledakan bom beberapa jam sebelumnya, demikian disebutkan dalam keterangan pers. Demikian pula saat pertemuan bilateral. Perbincangan berlangsung hangat diwarnai gelak tawa dari delegasi kedua negara.
Persahabatan kedua pemimpin semakin terjalin saat keduanya saling bertukar menukar penutup kepala. Presiden Jokowi menerima longi, yakni topi panjang yang menjuntai dan juga mengenakan chapan, jubah khas Afganistan. Juntaian longi ini bila dibentangkan mencapai 7 meter. Sementara Presiden Ashraf Ghani mengganti pakulnya dengan peci berwarna hitam yang langsung dikenakan oleh Presiden Jokowi. Setelah tukar menukar tutup kepala, keduanya menunaikan salat zuhur berjamaah di masjid yang berada di Istana Presiden Agr.
Jokowi terima penghargaan
Presiden Ashraf Ghani kemudian mengemukakan: "Kedatangan Yang Mulia tidak perlu membawa emas, tapi membawa hujan dan salju. Hujan dan salju merupakan berkah bagi kami. Salju dan hujan tidak pernah memilih akan turun pada orang kaya atau orang miskin.”
Pada jamuan santap siang kenegaraan di Istana Presiden Arg, Presiden Jokowi menerima ‘Medal of Ghazi Amanullah' dari Presiden Afghanistan. Penyematan medali ini sebagai penghormatan kepada Presiden Jokowi atas keteguhan dan keberanian dalam memajukan hubungan bilateral Indonesia-Afghanistan, terutama dalam mengupayakan perdamaian di Afghanistan. "Terimakasih atas anugerah Medal Ghazi Amanullah. Medal ini akan menjadi spirit baru upaya meningkatkan hubungan bilateral dan perdamaian,” jawab Presiden Jokowi.
Baca juga:
Berjasa Upayakan Damai di Afghanistan Presiden Jokowi Dianugrahi Medal of Ghazi Amanullah
Perdamaian dari kunjungan seperempat hari
Kunjungan Presiden Jokowi dan Ibu Iriana di Kabul, Afghanistan, yang berlangsung seperempat hari terlalu singkat. Tapi bagi Presiden Jokowi sudah cukup untuk menyampaikan dukungan agar perdamaian segera terwujud di Afghanistan. Demikian pula bagi Presiden Gani, kehadiran Presiden Jokowi di Afghanistan sudah cukup untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka mampu memberikan jaminan keamanan kepada tamu negara dan perdamaian harus segera diwujudkan.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di dalam Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 mengutip apa yang dikatakan Presiden Jokowi, "Perdamaian bukan hal yang jatuh dari langit. Perdamaian harus diupayakan. Marilah kita bergandeng tangan menciptakan perdamaian. Marilah kita bergandengan tangan memelihara perdamaian."
ap/hp (Pernyataan Pers bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden)