Perlukah Aksi Militer terhadap Iran?
16 Maret 2012Pesawat tempur Israel menyelesaikan misinya dengan cepat dan terarah. Sebelum sistem pertahanan udara musuh dapat bereaksi, sasaran telah dihancurkan dan pesawat tempur kembali menuju pangkalan. Yang terjadi tahun 1981 di Irak dan 2007 di Suriah ini sejalan dengan ancaman Israel untuk menyerang Iran. Namun serangan terhadap Iran akan memiliki dimensi yang sama sekali berbeda.
Kendala Serangan
“Terdapat perbedaan besar antara instalasi nuklir Iran yang tersebar di wilayahnya yang luas, dan reaktor bawah tanah milik Suriah,“ dikatakan David Deptula, yang sampai 2010 menjabat sebagai kepala intelijen angkatan udara Amerika Serikat. “Kebanyakan orang tidak mengerti bahwa serangan udara jauh lebih rumit dari sekedar terbang dari A ke B.“ Masalah utama adalah jarak terbang. Memang Israel dapat mengambil salah satu dari tiga kemungkinan jalur terbang. Tanpa keterlibatan diplomatik, Israel mungkin memilih jalur terpendek melalui Yordania dan Irak. Namun, jarak terpendek ini masih terlalu jauh bagi pesawat tempur Israel. Tujuh instalasi nuklir Iran yang mungkin menjadi target serangan masih terletak sekitar 1.500 kilometer dari akhir rute tersebut. Jarak ini di luar jelajah pesawat tempur Israel.
Delapan tanker udara yang dimiliki Israel, tidak mampu mengisi bahan bakar 125 pesawat tempur, yang direncanakan dalam misi ini. Masalah lain, pesawat pembawa bahan bakar itu tetap harus dilindungi dari serangan, walaupun pertahanan udara Iran sudah tua. “Menurut informasi yang kami dapatkan, pesawat Israel tidak punya cukup waktu untuk mencapai target mereka,“ dikatakan Malcolm Chalmers, dari lembaga tanki pemikiran militer Royal United Service Institute di London, Inggris. Mengingat keterbatasan pesawat yang dimiliki, tidak boleh satu kesalahan pun terjadi dalam misi.
Perang Tersembunyi
“Angkatan udara mampu menerbangkan cukup pesawat mencapai sasaran. Saya tidak ragukan hal ini“, dikatakan Shlomo Brom, pakar militer di Institut bagi Studi Keamanan Nasional Universitas Tel Aviv, “Tapi saya tidak tahu, apakah pesawat tempur dapat menimbulkan kerusakan yang cukup. Karena kedua instalasi yang diduga sebagai tempat pengayaan uranium untuk senjata, dijaga dan dilindungi dengan ketat. Instalasi di Natanz terletak di bawah tanah dan di Fordo berada 70 meter di perut gunung. Kebanyakan pakar menganggap, kedua instalasi ini sulit untuk dihancurkan, bahkan oleh bom penghancur bunker terkuat yang dimiliki Israel, GBU 28.
Terlepas dari hambatan-hambatan ini, dianggap tidak mungkin bahwa Israel akan membentuk komando khusus. Namun serangan darat sudah lama dilancarkan. Sejak tahun 2005, Iran harus berjuang menangani kecelakaan-kecelakaan misterius, serangan virus komputer terhadap instalasi, dan pembunuhan terarah terhadap sedikitnya enam ilmuwan. Kerugian yang diderita Iran adalah tewasnya wakil direktur instalasi Natanz akibat serangan bom mobil.
Keterlibatan AS
Amerika Serikat meminta Israel untuk menahan diri, namun Israel tetap tidak menutup kemungkinan untuk melakukan serangan militer. Sebelum kunjungan PM Israel di Washington, Presiden AS Barack Obama berupaya menenangkan Israel dengan kata-kata yang sudah menjadi standar. “Semua opsi sudah ada di meja. Sebagai presiden AS, saya tidak menggertak.“
Dan apa yang dimiliki AS jauh lebih baik: masalah jarak tidak menjadi hambatan lagi dengan adanya kapal induk, angkatan udara AS memiliki jauh lebih banyak pesawat dan rudal daripada yang dibutuhkan dan rudal penghancur bunker milik AS berkekuatan lebih dari 10 kali kekuatan GBU 28 dan mampu menembus dinding beton setebal 65 meter.
Namun fasilitas yang sangat besar ini dapat menjadi berbahaya, dikatakan pakar militer Chalmers, penasehat strategis pemerintah Inggris. “Seandainya Israel melakukan serangan terbatas, dapat terjadi kemungkinan bahwa pemerintah Iran akan memicu eskalasi lebih jauh, dengan membatasi kerugian di pihak sendiri. Serangan Amerika akan memiliki skala jauh lebih besar dan akan memakan korban lebih banyak,“ dikatakan Chalmers. “Dan dalam hal ini, kemungkinan Iran akan melakukan serangan balasan yang tidak terbatas.“ Namun demikian, menurut para ahli, sistem penangkal udara Israel yang modern mampu melindungi penduduk sipil dari akibat buruk.
Membantu Pihak Oposisi
Para pakar berpendapat, serangan terhadap Iran hanya akan menghentikan program atom selama beberapa tahun dan tidak akan mengakhiri program atom Iran. “Melakukan serangan militer? Untuk apa?“, tanya David Deptula. “Serangan hanya akan melenyapkan masalah, tapi tidak penyebabnya: pemerintah Iran yang kini berkuasa.“ Rakyat Iran harus didorong untuk menggulingkan pemerintah mereka, kata Deptula. Ia memberi contoh kasus di Afghanistan. Tahun 2001, AS bekerja sama dengan Aliansi Utara Afghanistan untuk menggulingkan Taliban tanpa harus menurunkan pasukan darat. AS hanya mendukung lewat serangan udara. Pola seperti ini juga diterapkan saat penggulingan diktator Libya Gaddafi. “Setiap situasi berbeda. Namun, di dalam dan di luar Iran juga terdapat kelompok-kelompok yang menentang rezim,“ dikatakan Deptula. Misalnya saja kelompok Mujahidin-e Khalq (MEK), yang memiliki lebih dari 3.000 pejuang di pengasingan di Irak.
Kelompok paramiliter ini, yang anggotanya adalah warga minoritas Sunni, kerap melakukan serangan. Saat Perang Teluk pertama, kelompok ini membantu Irak berperang melawan Iran. Namun pemerintah Irak yang didominasi warga Syiah menginginkan MEK keluar dari Irak. Pemerintah AS mecoba membujuk MEK untuk mengosongkan kamp mereka di timur laut kota Baghdad. Dan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton juga telah berjanji untuk mencoret MEK dari daftar organisasi teroris.
“Kelompok ini harus dikeluarkan dari daftar. Kemudian mereka yang bersedia, bisa digunakan sebagai landasan bagi warga Iran untuk menggulingkan rezim saat ini,“ kata Deptula. Selain MEK, apakah ada kelompok lain yang dapat diapit seperti di Afghanistan? “Tidak seorangpun yang akan berbicara mengenainya secara rinci,” dikatakan Deptula. “Namun model seperti ini merupakan salah satu alternatif yang ada.“
Dennis Stute/Yuniman Farid
Editor: Vidi Legowo-Ziperrer