Perenang Pengungsi di Jerman: Perlu Integrasi Lebih Baik
25 Juli 2024Perenang Olimpiade Alaa Maso, yang merupakan pengungsi, tidak pernah berencana datang ke Jerman. Namun, delapan tahun setelah pertama kali tiba di sini, negara ini kini dengan bangga ia sebut sebagai rumahnya.
"Saya tidak percaya bahwa rumah adalah tempat Anda dibesarkan atau tempat Anda dilahirkan,” kata Maso kepada DW dalam wawancara baru-baru ini di pusat pelatihannya di Hannover. "Saya hanya percaya bahwa rumah adalah di mana pun Anda merasa seperti di rumah. Anda diberikan perasaan itu oleh orang-orang di sekitar Anda."
Pada tahun 2015, ketika negara asalnya, Suriah, sedang dilanda perang saudara, Maso tidak punya pilihan selain pergi jika dia ingin mengejar karier di bidang renang.
Berasal dari Aleppo, medan pertempuran utama dalam perang tersebut, ia harus menjalani berbulan-bulan tanpa pelatihan. "Hal ini selalu bergantung pada seberapa aman situasinya dan apa prioritasnya,” katanya.
Maka, bersama kakak laki-lakinya, Mo, dia melakukan perjalanan panjang dan sulit ke Eropa melalui Turki.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Perang saudara memperlambat karier
Kakak beradik ini awalnya bermaksud menetap di Belanda bersama beberapa anggota keluarga lainnya.
Namun, karena sidik jari mereka telah diambil saat transit melalui Jerman. Peraturan Uni Eropa mengharuskan permohonan suaka mereka harus diproses di sini.
Sejak saat itu, hal ini menjadi sebuah upaya untuk menebus waktu yang hilang, meskipun Maso yang berusia 24 tahun memilih untuk tidak memikirkan masa lalu. Namun tidak dapat disembunyikan fakta bahwa perang saudara menghambat kariernya yang mulai berkembang.
"Tidak mungkin mengganti kerusakan seperti itu,” katanya. "Empat tahun di mana saya tidak bisa berlatih adalah beberapa tahun terpenting dalam kehidupan seorang perenang. Di sinilah Anda menerapkan dasar-dasarnya, landasan untuk segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan.”
Imigran 'dapat mencapai tujuan mereka'
Maso berusia empat tahun ketika ayahnya mengajarinya berenang. Terinspirasi oleh Michael Phelps dan delapan medali emasnya di Olimpiade Beijing 2008, ia memutuskan untuk suatu hari berkompetisi di Olimpiade sendiri.
"Sejak hari itu saya ingin berada di sana,” kata Maso. "Saya tahu bahwa ini adalah tahapan yang diinginkan oleh setiap perenang."
Keinginan Maso terkabul pada tahun 2021, ketika ia terpilih mewakili tim pengungsi Olimpiade di Olimpiade Tokyo. Tim pengungsi pertama kali muncul di Olimpiade Rio pada tahun 2016 setelah Komite Olimpiade Internasional memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada para pengungsi untuk berkompetisi ketika mereka tidak dapat melakukannya karena situasi mereka.
Dalam momen yang viral di media sosial, Maso memeluk sang kakak di acara pembukaan Tokyo. Meskipun mereka melakukan perjalanan bersama ke Jerman, Mo berkompetisi dalam triatlon untuk Suriah.
"Itu hanya karena dia memiliki koneksi yang lebih baik dengan federasi Suriah dibandingkan saya,” kata Maso. "Saya tidak melihatnya sebagai posisi politik atau dukungan bagi pihak mana pun di Suriah.”
Meskipun Mo telah pensiun, Alaa Maso akan kembali menjadi bagian dari tim pengungsi di Paris, meskipun ia mengatakan ia akan memperlakukannya seolah-olah ini adalah Olimpiade pertamanya. "Sekarang saya menjadi perenang yang lebih berpengalaman dan bukan pemula seperti di Tokyo, yang membuat saya semakin bersemangat untuk itu,” ujarnya.
Maso, yang akan mengambil bagian dalam nomor gaya bebas 50 meter di Paris, sepenuhnya menyadari tanggung jawabnya sebagai bagian dari tim pengungsi yang beranggotakan 37 orang, karena ia mengetahui bahwa ia akan mewakili lebih dari 100 juta orang yang terpaksa mengungsi di seluruh dunia.
"Kami mencoba untuk mengekspos [mewakili] para pengungsi dengan cara terbaik yang kami bisa dan mencoba untuk menunjukkan bahwa orang-orang dengan latar belakang imigran pun dapat mencapai tujuan mereka dan berintegrasi ke dalam masyarakat dan komunitas baru mereka,” kata Maso.
Meningkatnya sentimen antiimigran
Integrasi adalah topik yang banyak dipikirkan Maso, pada saat meningkatnya sentimen antiimigran di Jerman. Sentimen tersebut dipicu oleh partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD), yang menempati posisi kedua di Jerman dalam pemilihan Parlemen Eropa bulan Juni lalu.
Maso awalnya ragu untuk terlibat dalam perdebatan politik, sebelum dengan fasih menguraikan apa yang menurutnya perlu dilakukan.
"Beberapa loka karya harus diadakan bagi para pengungsi baru untuk mencoba menanamkan budaya baru yang ingin mereka masuki,” katanya. "Saya tidak mengatakan orang harus melepaskan budaya atau latar belakang mereka, tapi [Anda harus] juga mencoba berintegrasi ke dalam masyarakat baru yang ingin Anda tinggali.
"Bagi saya, hal ini merupakan cara penting untuk membantu orang-orang dengan latar belakang berbeda dari Jerman dan Eropa untuk beradaptasi dan mendapatkan gambaran sekilas tentang apa yang akan terjadi dalam 10 tahun ke depan. Karena tidak ada seorang pun yang datang ke sini untuk hidup selama satu atau dua tahun. tahun. Anda mencoba membangun kehidupan baru, dan itu akan menjadi proses yang sangat panjang."
Pada bulan Januari, sebuah laporan oleh situs investigasi Correctiv menuduh bahwa tokoh-tokoh sayap kanan, termasuk dari AfD, telah bertemu untuk membahas rencana "remigrasi” untuk mendeportasi jutaan orang "yang tidak berasimilasi” di Jerman. Jika rencana tersebut berhasil, Maso bisa saja diusir keluar negeri. Namun, dia menegaskan dia tidak takut.
"Saya tahu, seberapa besar partainya atau berapa banyak kursi yang dimiliki masing-masing partai, mereka tidak bisa memutuskan semuanya sendiri,” ujarnya. "Itulah hal baik tentang Eropa dan demokrasi di Eropa. Hanya karena Anda adalah partai yang berkuasa, Anda tidak dapat melakukan apa pun yang Anda inginkan.”
Partai-partai besar Jerman lainnya mengatakan mereka tidak akan bergabung dalam koalisi pemerintahan dengan AfD, namun partai tersebut saat ini menduduki peringkat kedua menjelang pemilihan parlemen Jerman pada September 2025.
Meskipun iklim politik sedang sulit, Maso tetap optimistis dengan masa depannya. Dia berencana mengajukan permohonan kewarganegaraan Jerman "untuk berintegrasi sepenuhnya ke dalam masyarakat Jerman." Dan setelah itu, apakah dia ingin bersaing memperebutkan Jerman, negara angkatnya?
"Saya akan baik-baik saja dengan itu," katanya.
Olimpiade Paris akan berlangsung pada 26 Juli-11 Agustus.
(ap/hp)