Perempuan Saudi Dilecehkan, Netizen Murka
7 Agustus 2015Aktivis hak asasi dan sejumlah besar netizen menyerang pria-pria tersebut secara verbal, karena pelecehan seksual yang dilakukan terhadap dua perempuan yang secara tradisional mengenakan pakaian yang menutup seluruh tubuh juga wajah mereka. Akibat kemarahan publik yang disampaikan dalam media serta jejaring sosial, polisi memulai investigasi. Menurut media pemerintah, enam dari sekelompok pria itu ditahan dan diinterogasi.
Perempuan sebagai korban?
Perkembangan selanjutnya mengejutkan semua orang. Beberapa hari kemudian, sebuah video lainnya muncul, yang katanya menunjukkan dua perempuan yang sama, beberapa saat sebelum pelecehan terhadap mereka terjadi. Dalam video itu, kedua perempuan tersebut mengendarai kendaraan segala medan atau ATV di tepian Laut Merah, sementara para pria mengamati mereka. Salah seorang dari perempuan itu kemudian melempar "agal", atau tali hitam yang dipakai pria di atas penutup kepala tradisional, ke arah pria-pria tersebut. Para pria kemudian tertawa terbahak-bahak.
Video itu disebarkan situs berita setengah resmi dan TV milik swasta. Setelah munculnya video itu, kedua perempuan tersebut tidak dipandang sebagai korban lagi, dan penonton menganggap mereka tidak sopan serta memprovokasi pria. Di Arab Saudi perempuan dan pria tidak diijinkan berbaur secara sosial, baik di tempat umum maupun pribadi. Perempuan dilarang mengemudikan mobil, dan mengendarai ATV jadi pelanggaran yang sama beratnya di sejumlah provinsi yang konservatif.
Penasehat yudisial Yehia al-Shahrani mengatakan kepada situs berita Sabq, ia percaya kedua perempuan bersikap "menggoda dan memancing" para pria. Menurutnya tidak adil, jika investigasi dilaksanakan terhadap para pria, tetapi tidak terhadap mereka "yang menggoda dan membangkitkan ini semua". Ia juga menyalahkan orang tua kedua perempuan itu, karena membiarkan mereka berada di tempat umum, di sekitar para pria.
Masalah yang dihadapi perempuan Arab Saudi
Debat yang muncul dari kedua rekaman video signifikan karena menunjukkan pergelutan yang dihadapi perempuan Arab Saudi di depan publik. Menurut Departemen Kehakiman, dalam dua tahun terakhir tercatat 3.982 kasus pelecehan seksual. Namun jumlah itu juga mencakup kejahatan bermotif seksual. Karena di Arab Saudi tidak ada definisi hukum bagi pelecehan seksual.
Aktivis hak-hak perempuan dan pakar-pakar liberal mengklaim pelecehan seksual terjadi sangat sering di negara itu, dan menyerukan agar ditetapkan undang-undang yang menetapkan pelecehan sebagai tindakan kriminal. Tidak peduli, apakah perempuan pernah menunjukkan wajahnya atau tidak, mereka "hanya dianggap sebagai obyek pelecehan," demikian dikatakan aktivis perempuan Tamador Alyami.
"Pelecehan bisa dilihat tiap hari", katanya. Itu bisa dipastikan dan diterima orang. Itu hanya akan kontroversial jika terrekam kamera. Demikian Alyami. Jejaring sosial misalnya YouTube telah mengumpulkan sejumlah video yang menunjukkan pelecehan seksual terhadap perempuan. Sebuah video menunjukkan seorang perempuan diikuti secara agresif oleh sejumlah pria muda, ketika ia berjalan dekat sebuah pusat perbelanjaan. Polisi menyatakan dua pria ditangkap setelah insiden itu, walaupun perempuan dan keluarganya tidak melapor ke polisi.
Dibutuhkan UU anti pelecehan seksual
Penulis dan komentator Khaled Almaeena serta tokoh masyarakat lain telah menyerukan Majelis Permusyawaratan Arab Saudi atau Dewan Syura untuk mengusulkan UU anti pelecehan seksual kepada kabinet dan Raja Salman. Thuraya Ebrahim al Arrayed yang jadi anggota Dewan Syura mengatakan, UU akan dapat memperjelas perincian, sehingga baik pelanggaran ringan maupun berat, juga terhadap anak-anak, bisa dihukum.
Tahun lalu diskusi tentang rancangan UU di Dewan Syura ditunda karena sejumlah anggota menilai, UU bisa mendorong perempuan untuk bertindak lebih provokatif di tempat umum dan bergaul dengan pria. Tanpa adanya UU, tidak jelas bagaimana proses akan diadakan terhadap para pelaku pelecehan seksual di Jeddah dan Taif.
ml/vlz (ap)