Perebutan kekuasaan di Ukraina
9 Desember 2004Parlemen terutama memutuskan reformasi konstitusi, yang mengurangi hak presiden. Sementara reformasi undang-undang pemilu, terutama hanya membatasi jumlah pemilih lewat surat, serta melarang pejabat pemerintah mengubah daftar pemilih pada hari pemungutan suara. Kandidat oposisi, Viktor Yuschenko untuk sementara sudah menyepakati kompromi. Tapi juru kampanyenya yang amat gigih, Julia Timoschenko, untuk sementara tetap menolak dan menyatakan akan mengajukan gugatan.
Menyoroti perkembangan di Ukraina itu, harian Italia yang terbit di Roma, Corriere della Serra menulis :
Dalam krisis di Ukraina blokade sudah berhasil ditembus. Negara itu kini menyiapkan diri untuk pemilihan ulang pada tanggal 26 Desember mendatang. Kesepakatannya telah dirundingkan dan ditandatangani oleh semua pihak yang terlibat. Hal ini menimbulkan kekecewaan kepada PM Viktor Yanukovich, yang ibaratnya dipecat oleh presiden yang akan habis masa jabatannya, Leonid Kutschma. Akan tetapi, pimpinan oposisi Viktor Yushchenko juga merasa tidak puas. Sebab, jika nanti terpilih menjadi presiden Ukraina, ia hanya memiliki waktu selama 10 bulan menjadi presiden berkuasa penuh. Setelah itu, Yushchenko harus membagi kekuasaanya dengan parlemen. Di pihak lain, AS dan Eropa juga merasa puas. Sebaliknya Rusia kecewa, karena mempertaruhkan kartunya, bagi diakuinya hasil pemilu curang, yang dinyatakan dimenangkan oleh Yanukovich.
Harian liberal kiri Der Standard yang terbit di Wina, Austria menulis :
Diduga kompromi di Kiev merupakan hadiah agar krisis dapat dipecahkan tanpa kekerasan. Tokoh oposisi Viktor Yushchenko kini harus menunjukan, bahwa harga yang dibayarkan untuk menebus hadiah itu tidak terlalu tinggi, agar ratusan ribu pendukungnya, yang rela berminggu-minggu dalam cuaca dingin, tidak merasa dikhianati. Artinya, ia harus memanfaatkan waktu yang tersisa, sebelum perubahan konstitusi tsb berlaku, untuk melakukan reformasi menyeluruh. Jika Yushchenko gagal melaksanakan reformasi, hal itu akan memperkuat posisi kelompok radikal. Yang berarti kerugian bagi seluruh pendukung oposisi, tapi sebaliknya keuntungan bagi kaki tangan Leonid Kutschma.
Harian Belanda Trouw yang terbit di Den Haag, menilai perebutan kekuasaan di Ukraina belum berakhir. Selanjutnya harian Kristen ini menulis :
Ukraina tidak hanya memiliki presiden baru, akan tetapi juga sistem politik baru. Kelihatannya, diperlukan upaya ekstra keras, agar transisinya dapat berlangsung mulus. Namun hal itu sulit diharapkan. Bukan hanya karena presiden Leonid Kutschma dan kaki tangannya, akan melakukan segala cara, untuk mempertahankan pengaruh serta kekuasaannya, dengan bantuan parlemen yang diperkuat serta dukungan suara dari provinsi. Akan tetapi, juga karena program kerja kelompok oposisi sejauh ini tidak jelas. Selain itu, prinsip demokrasi sejumlah tokoh oposisi, seperti tokoh keras Julia Timoschenko harus diperjelas lagi. Semua hanya dapat berharap, perebutan kekuasaan di masa depan, hanya dilakukan di ruang sidang parlemen, bukannya di jalanan.
Sementara harian Rusia, Kommersant yang terbit di Moskow mengomentari keputusan pemabgian kekuasaan di Ukraina sbb :
Pimpinan oranye, Viktor Yushchenko sudah menjatuhkan pilihannya. Ia memutuskan berbagi kekuasaan dengan pimpinan partai sosialis Alexander Moros dan presiden Leonid Kutschma. Hanya dua orang yang tidak kebagian apa-apa. Yaitu PM Viktor Yanukovich dan juru kampanye paling gigih dari pihak oposisi, Julia Timoschenko. Ibaratnya kedua orang itu hanya kebagian sampah kulit oranye.
Dan harian Polandia Gazeta Wyborcza yang terbit Warsawa menulis :
Kincir angin dari birokrasi di Brussel hanya bertiup sepoi-sepoi. Uni Eropa tidak menyadari terjadinya revolusi di Ukraina. Rencana yang ditawarkan kepada Ukraina tidak aktual, karena tidak memperhatikan perspektif luas dari kekuatan demokrasi. Jika Ukraina kembali lagi ke posisi sebelum revolusi oranye, hendaknya Eropa tidak melakukan pendekatan kepada Kiev. Akan tetapi, jika di negara itu dipilih presiden dan pemerintahan yang segera melakukan reformasi, hendaknya Uni Eropa menawarkan kerjasama langsung.