Serangan di Kamp PBB di Gaza, 12 Orang Tewas
26 Januari 2024Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan jumlah korban tewas bertambah menjadi 12 orang, setelah salah satu lokasi pengungsian miliki PBB terkena tembakan di Khan Younis, Gaza.
"Ketika pertempuran semakin intensif dalam beberapa hari terakhir di area pusat pelatihan kami, yang menampung ribuan orang, dua belas orang kini dipastikan tewas dan lebih dari 75 orang terluka, 15 di antaranya berada dalam kondisi kritis,” kata wakil koordinator kemanusiaan UNRWA, Thomas White. dalam sebuah pernyataan pada Kamis (25/01).
Awalnya White pada Rabu (24/01) mengatakan, ada "dua peluru tank" yang menghantam sebuah gedung yang menampung sekitar 800 orang.
Militer Israel menyatakan masih menyelidiki insiden tersebut, termasuk kemungkinan serangan tersebut merupakan "akibat tembakan Hamas".
UNRWA menyerukan tindakan ekstra harus dilakukan untuk melindungi warga sipil.
"Setiap tindakan harus diambil untuk melindungi warga sipil. Saya mengingatkan semua pihak bahwa perlindungan terhadap rumah sakit, klinik, personel medis, dan lokasi PBB secara eksplisit tercantum dalam hukum internasional,” kata White.
Badan tersebut melaporkan telah terjadi pertempuran sengit di dekat sisa fasilitas medis di kota terbesar kedua Gaza, dan IDF juga mengatakan pasukannya terus beroperasi di daerah tersebut.
IDF mengatakan bahwa operasi tersebut menargetkan "beberapa pusat komando militer” dan bahwa pasukan telah "menghilangkan teroris dan membongkar infrastruktur dan senjata mereka di wilayah tersebut.”
IDF minta sipil tinggalkan pengungsian PBB di Khan Younis
Tamara Alrifai dari UNRWA mengatakan kepada DW bahwa UNRWA mendengar IDF telah memberitahu orang-orang untuk meninggalkan kamp pengungsi PBB di Khan Younis di Gaza selatan. Ia juga mempertanyakan apakah permintaan ini realistis bagi masyarakat di sana.
"Kami mendengar bahwa Pasukan Pertahanan Israel menggunakan pengeras suara untuk memberitahu orang-orang di wilayah barat Khan Younis, yang merupakan tempat pengungsian terbesar kami, untuk menghindar,” kata Alrifai. Ia mengatakan bahwa telah terjadi "intensifikasi” pertempuran di wilayah itu.
Lebih lanjut Alrifai menyebut pihaknya tidak menerima pemberitahuan potensi serangan yang dilakukan oleh pihak Israel. "Kami tidak menerima peringatan kemarin, meskipun kami telah membagikan GPS kami dengan pihak berwenang Israel, tetapi juga dengan otoritas de facto atau Hamas."
Hal ini dilakukan agar mereka yang terlibat dalam pertempuran "tahu persis di mana PBB, gedung-gedung kemanusiaan, dan personelnya berada,” jelas Alridai.
Gedung PBB menampung 43.000 pengungsi, banyak di antaranya telah mengungsi tiga atau empat kali dalam tiga bulan terakhir, kata Alrifai, seraya menambahkan bahwa diperkirakan ada 30.000 orang "tidur di tempat terbuka” di dekat lokasi itu, karena warga merasakan kawasan itu cukup aman untuk berlindung karena dekat dengan fasilitas yang dimiliki PBB. Sayangnya, gedung PBB terkena dampaknya, kata Alrifai.
"Sekarang, jika dilihat dari seberapa realistis meminta 70.000 orang untuk mengungsi dalam waktu kurang dari 24 jam, sangatlah tidak realistis untuk mengharapkan semua orang dapat benar-benar pergi sementara pertempuran aktif masih terjadi dan (mereka dapat) pergi dengan selamat," paparnya.
Juru bicara UNRWA mengatakan akses ke wilayah tersebut "sangat sulit” karena militer Israel telah mengepung wilayah itu. rs/pkp/hp (dari berbagai sumber)
Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!