Penemu World Wide Web Ungkap Rencana 'Selamatkan Internet'
26 November 2019Tim Berners-Lee, seorang insinyur Inggris yang menemukan World Wide Web pada tahun 1989, mengungkap sebuah rencana ambisius yang merinci langkah-langkah untuk tata kelola dunia online yang lebih baik. Beberapa diantaranya adalah mengatasi masalah informasi yang salah, pengawasan data, dan sensor.
Rencana aksi bertajuk “kontrak untuk web” itu dibuat oleh World Wide Web Foundation Berners-Lee bekerja sama dengan perwakilan pemerintah, perusahaan dan masyarakat sipil. Tujuannya untuk membuat “pengetahuan dan informasi tetap tersedia secara bebas”, sembari memperkuat undang-undang dan peraturan perusahaan, dan memastikan bahwa dalam mengejar keuntungan, tidak harus mengorbankan Hak Asasi Manusia dan demokrasi.
“Jika kita tidak melakukan sesuatu secara bersama-sama sekarang, dalam hal mencegah Web disalahgunakan oleh mereka yang ingin mengeksploitasi, memecah, dan merusak, kita berisiko menyia-nyiakan potensinya untuk kebaikan,” kata Berners-Lee dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh WWW Foundation pada Senin (25/11).
Mendapat dukungan dari Jerman
Rencana ini didukung oleh lebih dari 150 organisasi, termasuk perusahaan internet raksasa seperti Google, Microsoft dan Facebook, bersama dengan kelompok-kelompok yang berpengaruh terhadap kebijakan publik seperti Reporters Without Borders. Pemerintah Jerman dan Prancis juga telah menunjukkan dukungan mereka untuk rencana tersebut.
“Saya akan terus membela pelestarian internet bebas yang kita kenal dan cintai selama beberapa dekade belakangan ini,” kata Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmeier dalam sebuah pernyataan yang dirilis jelang Forum Tata Kelola Internet PBB, yang digelar pekan ini di Berlin.
Meskipun kontrak tidak mengikat secara hukum, kontrak itu mengusulkan kerangka kerja bagi hukum nasional untuk melindungi privasi online dan data pribadi.
WWW Foundation mengkritik undang-undang dan lembaga yang saat ini disebut gagal melindungi masyarakat dalam hal pencegahan penyalahgunaan teknologi dalam masyarakat, bisnis dan politik.
‘Titik kritis’ untuk internet?
“Web itu membutuhkan intervensi radikal dari semua orang yang memiliki kuasa atas masa depannya,” tulis Berners-Lee dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan Minggu malam (24/11) oleh koran The New York Times.
“Kita saat ini berada dalam titik kritis. Bagaimana kita merespon penyalahgunaan ini akan menentukan nasib Web ini kedepannya apakah akan memenuhi potensinya sebagai kekuatan global untuk kebaikan atau malah membawa kita ke sebuah ‘digital dystopia’,” tambahnya.
Berners-Lee juga membela Google dan Facebook yang ikut membangun ‘kontrak untuk web’ itu. Kedua perusahaan itu telah menghadapi banyak kritik dari masyarakat sipil terkait model bisnis pengumpulan data, dan sensasi terkait algoritma mereka yang dipersalahkan karena dinilai menyebarkan informasi yang salah dan melanggar privasi data pengguna.
Diketahui pada pekan lalu, Amnesty Internasional mengatakan bahwa model bisnis dari kedua perusahaan itu adalah sebuah ‘ancaman terhadap HAM’.
“Keberadaan mereka dalam rencana aksi ini sangatlah penting,” ujar Berners-Lee. “Kami merasa perusahaan-perusahaan dan pemerintah berhak mendapatkan posisi yang setara dalam rencana ini. Masyarakat harus membuat mereka yang berkuasa bertanggung jawab, meminta hak digital mereka dihormati dan mendorong percakapan online yang sehat."
gtp/vlz (AFP,AP)