1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penangkapan Oposisi di Turki

2 Juli 2008

Polisi Turki ciduk 21 orang yang dikenal vokal mengritik pemerintah. Penyapuan ini digulirkan bersamaan dengan sesi dengar pendapat di Mahkamah Turki mengenai larangan terhadap partai AKP yang memerintah

https://p.dw.com/p/EUmt
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan, dari Partai Pembangunan dan Keadilan, AKPFoto: AP

Di Turki berita itu mengejutkan masyarakat. Dua orang pensiunan jenderal, seorang jurnalis serta kepala Kamar Dagang lokal ditangkap di Ankara. Mereka diduga anggota jaringan organisasi rahasia nasionalis ultra kanan, Ergenekon.

Investigasi terhadap Ergenekon berlangsung setelah ditemukannya gudang persenjataan di sebuah rumah dekat kota Istanbul. Disebutkan, jaringan itu merencanakan kudeta secara radikal dan merupakan dalang dibalik pembunuhan seorang Pastor Italia dan jurnalis Armenia, Hrant Dink awal tahun lalu di Istanbul. Selain itu, Ergenekon dituduh merencanakan pembunuhan terhadap penulis Orhan Pamuk dan politisi Kurdistan Leyla Zana. Tahun lalu, lebih dari 50 orang tersangka anggota Ergenekon ditangkap. Sedangkan tahun ini, sudah hampir tiga lusin orang.

Sementara itu oposisi nasionalis Turki menyatakan, pemerintah Erdogan berusaha membungkam suara kritis, karenanya berulangkali mereka menyerukan agar partai Pembangunan dan Keadilan, AKP yang dipimpin Erdogan itu dilarang. Meski tak pasti, apakah penyapuan terhadap pendukung oposisi nasionalis terkait dengan berlangsungnya proses dengar pendapat di Mahkamah Turki mengenai partai AKP, perkembangan ini menjadi perhatian Eropa.

Seorang diplomat senior Uni Eropa menyebutnya sebagai adu kekuasaan antara dua kelompok yang kuat. Sementara sumber lain menilai, peristiwa ini bisa mengurangi peluang integrasi Turki ke dalam Uni Eropa. Uni Eropa belum membuat pernyataan resmi untuk menanggapi perkembangan situasi di Turki. Meski begitu komisaris perluasan Eropa, Olli Rehn, mengingatkan bahwa dalam demokrasi Eropa, permasalahan seperti itu diselesaikan pada saat pemilu atau di dalam parlemen, dan bukan di pengadilan atau di Mahkamah.

Kritik ini langsung ditanggapi oleh Vural Öger, wakil fraksi SPD di Parlemen Eropa. Öger menilai, “Di Eropa kurang ada kesiapan untuk menerima Turki sebagai bagian masyarakat Eropa, selalu saja ada kritik. Ada pengaruh dari isyarat negatif yang dipancarkan Eropa dengan bertambah besarnya nasionalisme Turki. Para elit di Turki sudah tak punya harapan, bahwa Turki suatu hari akan menjadi anggota Uni Eropa. Itu juga salah satu alasan menguatnya gerakan nasionalisme di Turki.”

Sejak kemarin, harian-harian lokal Turki mengritik penangkapan-penangkapan itu dan protes terdengar dari berbagai pihak. Rabu ini, seorang Jenderal senior menyerukan agar masyarakat tetap tenang. Jenderal Ilker Basburg, yang merupakan tokoh terkuat kedua dalam militer Turki mengingatkan, Turki sedang menjalani hari-hari yang berat dan semua pihak harus bertindak lebih hati-hati dan bertanggung jawab. Dalam 50 tahun terakhir, militer Turki telah melakukan 4 kali kudeta. (ek)