KTT NATO di London Bahas Masalah Internal dan Masa Depan
3 Desember 2019KTT dua hari di London yang bertujuan untuk "memperkuat kerja sama politik dalam NATO" kelihatannya tidak akan berjalan harmonis seperti yang dibayangkan. Kontroversi terutama dipicu oleh pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron beberapa minggu lalu, yang menyebut NATO sudah "mati otak".
Kanselir Jerman Angela Merkel segera mengambil jarak dari tanggapan Presiden Prancis itu dan menegaskan pentingnya aliansi pertahanan yang dibentuk di era perang dingin itu. Menurut sumber-sumber pemerintah Jerman, Menteri Luar Negeri Heiko Maas sedang menyusun proposal untuk mengatasi sengketa itu.
Bulan Oktober lalu, Amerika Serikat sempat dikecam aliansinya karena menarik pasukan keluar dari Suriah, tanpa lebih dulu berkonsultasi dengan NATO. Langkah tersebut memang membuka jalan bagi Turki, yang juga anggota NATO, untuk melakukan invasi militer ke wilayah Suriah yang dikuasai oleh milisi Kurdi. Anggota NATO di Eropa barat, terutama Jerman, prancis dan Inggris, mengecam keras penarikan pasukan AS. Jerman bahkan sempat mempertimbangkan pengiriman pasukannya sebagai petugas perdamaian di perbatasan turki-Suriah.
Sejak berakhirnya era perang dingin, diskusi tentang relevansi NATO memang selalu timbul tenggelam, terutama karena "lawan mainnya", yaitu Pakta Warsawa, sudah bubar seiring bubarnya Uni Soviet. Misi NATO yang dulu dibentuk terutama untuk menghadapi ancaman dari "Blok Timur" dirasa sudah tidak relevan lagi.
Presiden AS Donald Trump sendiri pernah menyimpulkan bahwa NATO tidak diperlukan lagi, sambil mengeritik anggota NATO lainnya, terutama Jerman, karena anggaran militernya terlalu kecil. Sejak itu, Jerman berulangkali menegaskan akan meningkatkan anggaran militer sampai batas 2% PDB.
Ancaman global sudah berubah
Pekan lalu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg bereaksi dan meluncurkan angka-angka baru yang menunjukkan bahwa sembilan anggotanya sekarang sudah mencapai target pembelanjaan pertahanan sebesar 2 persen dari PDB.
Sementara itu, Turki di bawah pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan telah lama menjadi mitra yang sulit. Saat ini AS dan Turki terlibat sengketa pembelian teknologi senjata, setelah AS mengecam invasi ke kawasan Kurdi di Suriah dan menerapkan sanksi pembatasan bisnis senjata.
Recep Tayyip Erdogan segera membalas langkah Presiden Donald Trump dengan membeli teknologi pertahanan rudal dari Rusia, sekalipun AS mewanti-wanti agar hal itu tidak dilakukan, dengan alasan teknologi Rusia tidak kompatibel dengan peralatan NATO.
Minggu lalu, Recep Tayyip Erdogan menyerang Presiden Prancis Emmanuel Macron atas kritiknya terjhadap NATO dan mengatakan, yang "mati otak" bukan NATO, melainkan Presiden Prancis.
Acara peringatan 70 tahun pendirian NATO akan dimulai dengan pertemuan makan pagi antara Presiden AS Donald Trump dan Sekjen NATO Jens Stoltenberg. Donald Trump juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Sedangkan konsultasi antara para pemimpin NATO akan dilangsungkan hari Rabu (4/12). Mereka antara lain akan membahas ancaman NATO saat ini dan ancaman di masa depan.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO dibentuk April 1949 sebagai aliansi pertahanan bersama. Artinya, serangan terhadap satu anggotanya dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota NATO. Ketika dibentuk, anggotanya 12 negara. Sekarang bertambah menjadi 29 negara anggota, termasuk beberapa negara Eropa timur yang dulu menjadi anggota Pakta Warsawa.
hp/vlz (rtr, afp, dpa)