Pemerintah Pastikan WNI Dalam Konvoi Gaza Selamat
1 Juni 2010Kepastian nasib 12 Warga Negara Indonesia itu diperoleh langsung dari Presiden Palestina Mahmud Abbas, satu hari setelah insiden penyerangan l tersebut. Seperti dijelaskan Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum, Kementerin Luar Negeri Indonesia, Teguh Wardoyo: “Presiden Palestina melakukan kontak telefon dengan stafnya di Palestina maupun di Tel Aviv Israel dan diperoleh konfirmasi 12 warga Indonesia aman, tidak meninggal dunia, satu diantaranya cedera ringan dan sekarang sedang dirawat di London Hospital, di Haifa dekat Tel Aviv. Belum ada identitas yang jelas, yang jelas dia seorang pria.”
Menurut Teguh Wardoyo, para WNI itu saat ini sedang diinterogasi oleh otoritas Israel menyangkut aktivitas mereka.
12 WNI yang terdiri atas relawan, petugas medis serta sejumlah wartawan televisi itu bergabung dalam misi bantuan kemanusian yang digalang Free Gaza Movement, sebuah koalisi aktivis international yang terdiri dari sejumlah tokoh pegiat HAM dan LSM Internasional untuk menghentikan blokade Gaza oleh Israel.
Keberangkatan mereka atas sponsor tiga lembaga, yaitu, Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina atau KISPA. Sahabat Al Aqsa dan Lembaga bantuan medis Mer-C.
Direktur Mer C, Jose Rizal Jurnalis menyatakan belum bisa mengontak para relawannya, setelah Israel memutus total hubungan komunikasi mereka. Jose Rizal juga meragukan informasi yang dilansir kementerian luar negeri Indonesia menyangkut nasib para relawan: “Saya agak kurang yakin kenapa, karena pasti sumbernya itu dari pemerintah Israel. Ijinkan para relawan itu berbicara, kita dengar kesaksian mereka, kalau itu yang terjadi baru kita percaya. Data kami juga masih mentah, masih simpang siur, bahwa ada yang luka-luka, ada yang ditembak dan ada yang diduga meninggal.”
Sementara itu, sepanjang hari Selasa, gelombang protes atas penyerangan kapal kemanusian Mavi Marmara, digelar sejumlah kelompok di sejumlah daerah. Di Jakarta, unjuk rasa digelar di Bundaran HI dan Kedutaan Besar Amerika Serikat, yang dipandang sebagai sekutu terdekat Israel.
Kecaman atas tindakan brutal Israel juga disuarakan para tokoh lintas agama, serta para aktivis HAM yang sekaligus menegaskan bahwa penyerangan Israel itu bukan persoalan agama namun kejahatan kemanusiaan. Benny Susetyo dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI): “Dunia saat ini berduka cita, dan mereka dengan menggunakan ikat pita hitam tanda duka cita itu. Duka yang membuat kita semua merasakan bahwa Israel sebenarnya tidak memiliki lagi sebuah nilai nilai kemanusian dan keadilan. Maka tidak cukup PBB menyesal, tapi PBB harus bertindak. Peroslannya adalah kita berharap Negara - negara besar Amerika Cina dan DK PBB harus berani mengatakan, untuk mengakhiri blokade itu, karena ini manusia yang harus diselamatkan.”
Zaki Amrullah
Editor : Ayu Purwaningsih