Indonesia dan Malaysia Harus Selamatkan Badak Sumatra
4 Juni 2019"WWF-Malaysia menyerukan kepada pemerintah untuk meningkatkan upaya diplomatik terhadap Indonesia, untuk membantu menyelamatkan spesies ini dengan memungkinkan teknologi reproduksi berbantu terjadi," bunyi pernyataan WWF Malaysia di lamannya pada Selasa (04/06).
Sebelumnya pada hari Senin (27/05) pekan lalu Kertam, badak sumatra subjenis Kalimantan (Dicerorhinus sumatrensis harrisoni), yang berada di Borneo Rhino Alliance (BORA), Taman Nasional Tabin, Sabah, Malaysia, telah mati. Tam, begitu badak tersebut biasa dipanggil, mati karena rusaknya organ-organ dalam tubuh serta faktor usia yang menua. Sejak April Tam, yang merupakan badak jantan terakhir di Malaysia, telah menunjukkan penurunan nafsu makan.
Lebih lanjut WWF Malaysia mengungkapkan "kematian badak sumatra jantan kita yang terakhir di Sabah menjadi pengingat bahwa suatu spesies dapat punah dalam kehidupan kita."
Badak betina di Malaysia tak bisa reproduksi
Kini hanya tinggal Iman, badak sumatra betina, di Malaysia yang sayangnya menderita tumor di uterusnya akibat tidak bereproduksi dalam waktu yang lama. "Betina dari spesies badak ini dapat mengembangkan kista di organ reproduksinya jika mereka tidak kawin untuk jangka waktu yang lama", lanjut pernyataan tersebut. Tumor tersebut membuat Iman tak bisa berkembang biak.
Untuk mempercepat kolaborasi, WWF-Malaysia mendesak pemerintah untuk mengangkat masalah ini pada pertemuan tahunan Trilateral Heart of Borneo di tahun 2015. Masalah ini pun sudah dibawa ke KTT tahunan antara Perdana Menteri Malaysia dan Presiden Indonesia. "Namun, terlepas dari tingkat keterlibatan diplomatik yang tinggi, upaya teknologi reproduksi berbantu belum dilakukan," terang pernyataan tersebut.
Harapan dari Indonesia
Pada tahun lalu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur bersama Sumatran Rhino Rescue berhasil menangkap dan memindahkan badak sumatera betina bernama Pahu dari hutan Kalimantan Timur ke Suaka Rhino Sumatra, Hutan Kelian Lestari di Kabupaten Kutai Barat. Polisi dan bulldozer mengiringi proses pemindahannya karena Pahu dianggap satwa yang sangat penting.
"Survei terbaru kami menunjukkan bahwa masih ada badak (sumatera) lain di hutan-hutan Kalimantan. Ini memberi saya harapan baru,” kata Margaret Kinnaird selaku pemimpin praktik margasatwa dari WWF Internasional seperti dilansir kompas.com.
Eksekutif Direktur International Rhino Foundation, Susie Ellis, mengatakan bahwa masih terdapat sekitar 80 ekor badak sumatera yang harus dilindungi secara intensif dan dikembangbiakkan secara semi alami. Warga lokal juga harus dilibatkan agar timbul kebanggaan terhadap hewan yang hampir punah tersebut. "Ini adalah pertarungan yang kita tidak boleh kalah,” ujarnya. yp/hp (wwf.org.my, mongabay.co.id, kompas.com)