1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah AS Gagal Kudeta Hamas

as6 Maret 2008

Majalah Amerika Serikat "Vanity Fair" melaporkan pada tahun 2006-2007 lalu mengupayakan kudeta terhadap Hamas, tapi mengalami kegagalan. Dampaknya kelompok Fatah yang didukung AS terusir dari Jalur Gaza.

https://p.dw.com/p/DJQn
Gagalnya upaya makar terhadap Hamas yang didalangi AS, justru diputar balik oleh barat dengan tuduhan Hamas yang melakukan kudeta.Foto: AP
Artikel dalam majalah AS "Vanity Fair" yang diberi judul Bom Gaza memang belum diterbitkan, karena direncanakan untuk edisi bulan April mendatang. Dalam artikel tsb dilaporkan adanya upaya pemerintah AS untuk menggulingkan pemerintahan Hamas di Jalur Gaza pada tahun 2006 lalu. Tapi upaya tsb mengalami kegagalan. Akibatnya, Hamas dapat semakin mengukuhkan kekuasaannya di Jalur Gaza dan kelompok Fatah terusir dari sana.

Kilas balik ke pertengahan tahun 2006. Ketika itu Hamas memenangkan pemilu demokratis di kawasan Palestina yang diduduki Israel. Namun kelompok Fatah tidak mau mengakui kekalahannya dan ngotot mempertahankan kekuasaan. Tokoh utama penentang Hamas saat itu adalah Muhammad Dahlan, mantan komandan pasukan keamanan di Jalur Gaza, sekaligus tokoh boneka kesayangan Israel dan Amerika Serikat.

Dahlan dengan emosional memaki Hamas, dan menuduh kelompok ini disetir dari Teheran. Dalam pidatonya Dahlan mengatakan : "Dengarkan, pimpinan di Damaskus dan Teheran, Kamenei dan Bashar el Assad. Matilah kalian para pembunuh dari Hamas. Kalian bukan umat Syiah melainkan pembunuh."


Tentu saja Muhammad Dahlan tidak sendirian melawan Hamas. Ia didukung oleh pemerintahan George W.Bush. Washington sudah membuat rencana rahasia, untuk menjatuhkan pemerintahan Hamas yang sah karena terpilih secara demokratis. Sebetulnya rencana jahat itu juga tidak terlalu rahasia, karena menteri luar negeri AS, Condoleezza Rice pada saat berkunjung ke Timur Tengah sudah menegaskan, pihaknya akan mendukung kelompok bersenjata Fatah dari presiden Palestina, Mahmud Abbas, untuk melawan kelompok Hamas.
Rice melancarkan agitasinya : "Sudah jelas Hamas dipersenjatai. Juga jelas sebagian senjatanya dipasok dari Iran. Jadi, jika Hamas dipersenjatai oleh Iran, dan tidak ada yang menolong memperbaiki kondisi pasukan keamanan pemerintahan otonomi yang sah, hal ini bukan situasi yang bagus."
Dengan alasan itu, sekitar 5000 milisi muda Fatah dilatih di Mesir. Mereka ini dirancang untuk mendukung pasukan keamanan yang sudah ada, akan tetapi nyaris tidak terlatih dan tidak memiliki motivasi, untuk bergerak menentang pemerintahan Hamas. Akhir Desember 2006 senjata modern dari AS diselundupkan ke Jalur Gaza, juga dengan melewati Mesir. Seperti digerakkan kekuatan sihir, pintu perbatasan yang biasanya dijaga super ketat bagi pemasokan bahan kebutuhan sehari-hari warga Palestina di Jalur Gaza, tiba-tiba terbuka lebar untuk pemasokan senjata. Pengiriman senjata berikutnya dari pemerintah AS untuk kelompok Fatah direncanakan dilakukan bulan Juni tahun 2007. Tapi Hamas sudah mencium rencana busuk ini. Sejumlah harian memberitakan pemasokan senjata dari AS untuk kelompok Fatah. Para pejuang Hamas yang terkenal berdisiplin tinggi, akhirnya mampu mengusir para pimpinan Fatah dari Jalur Gaza. Upaya makar terhadap pemerintahan Hamas yang terpilih dalam pemilu demokratis yang dirancang Washington gagal total. Tapi yang paling menggelikan, dunia barat justru menuding Hamas yang melakukan kudeta. Dengan artikel dalam majalah gaya hidup AS "Vanity Fair" itu, terungkap fakta baru politik Timur Tengah dari George W.Bush yang dijalankan dalam misi diplomasi sandiwara oleh Condoleezza Rice.