Pelatih Jerman Didesak Mundur
13 Juli 2011Pelatih tim sepak bola perempuan Jerman, Silvia Neid, kini di bawah tekanan. Kekalahan Jerman, juara bertahan sekalig us favorit Piala Dunia Sepakbola Perempuan dari Jepang membuat Silvia Neid itu mempertimbangkan kembali masa depannya sebagai pelatih.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Bild di Jerman, hari Selasa (12/07), Neid mengaku perlu waktu untuk keluar dari sepakbola sambil memikirkan apakah dia bisa memotivasi dirinya untuk melatih tim Jerman menghadapai turnamen berikutnya.
Hari Sabtu (09/07) lalu, Jerman kalah dari peringkat empat FIFA yakni Jepang dengan skor 0-1. Kepala Asosiasi Sepakbola Jerman Theo Zwanziger, usai kekalahan itu menegaskan bahwa dia tetap percaya pada Silvia Neid sambil menambahkan bahwa pelatih Jerman itu adalah yang terbaik saat ini. Sebelum Piala Dunia Sepakbola perempuan digelar, Neid baru saja memperpanjang kontrak sebagai pelatih hingga tahun 2016.
Media massa Jerman hingga kini terus mencari alasan di balik kegagalan tim Jerman. Apakah kesebelasan perempuan ini terlalu letih setelah menjalani musim kompetisi yang panjang, atau mereka terlalu gugup atau taktik pelatih Neid yang salah?
Salah satu isu terbesar adalah keputusan Neid untuk membangkucadangkan striker sekaligus bintang Jerman Birgit Prinz. Para kritikus menyebut masalah itu seharusnya bisa diselesaikan sebelum turnamen. Cara Neid mengatasi turunnya penampilan Prinz menunjukkan lemahnya taktik sang pelatih atas pemain. Ayah Birgit Prinz, Stefan mengatakan kepada sebuah radio Jerman bahwa Neid tidak dalam posisi untuk memimpin tim sambil menambahkan bahwa adalah hal yang cerdas jika pelatih Neid meminta mundur sekarang.
Bernd Schröder, pelatih kesebelasan perempuan Jerman Turbine Postdam juga percaya bahwa keputusan Neid membangkucadangkan Prinz adalah sebuah kesalahan. „Saya tidak akan mudah menyerah begitu cepat terhadap Birgit Prinz. Saya akan berkata: hey, kamu harus bertanggungjawab, kamu adalah kapten kami. Jika anda meninggalkan tanggungjawab dari seorang kapten dengan cepat, maka anda sudah merusak sang pemain“ kata dia. Setelah kekalahan dari Jepang dalam perempatfinal, Silvia Neid mencoba tetap optimis dan mengatakan, secara kualitas timnya lebih baik."Yang saya takutkan akhirnya terjadi. Kita peringkat dua dunia melawan peringkat nomor empat, tapi ini soal nuansa pertandingan…Ketika saya bicara tentang nuansa, juga penting diingat bahwa hari ini kami tidak bisa mencetak gol, meskipun kami punya banyak kualitas. Secara keseluruhan, hal ini tentu saja sangat, sangat menyedihkan, karena terjadi di sini di tempat Piala Dunia kami, di Jerman“ Kata Silvia Neid.
Tapi kritik keras dari media massa Jerman beberapa waktu terakhir bisa jadi membuat Silvia Neid berubah pikiran. Sang pelatih masih akan memutuskan: apakah akan tetap tinggal dan melatih kesebelasan perempuan Jerman, atau mundur.
Selain kekalahan juara bertahan sekaligus favorit Jerman, kualitas wasit di Piala Dunia Sepakbola Perempuan ini juga mendapat sorotan. Sejumlah kesalahan mencolok yang dilakukan hakim pertandingan, diduga terjadi karena mereka kurang pengalaman.
Media mengkritik kesalahan wasit, saat memimpin sejumlah pertandingan di babak penyisihan grup yang dianggap brutal, hingga kasus handsball dalam pertandingan antara Australia melawan Guinea. Pertandingan perempatfinal antara Amerika Serikat melawan Brazil juga menjadi sorotan.
Dalam pertandingan dramatis itu, wasit memutuskan untuk mengulang penalti yang diberikan kepada Brazil. Selain itu, kedua gol Brazil juga dianggap berbau offside
Pengamat Urs Meier yang juga mantan wasit FIFA mengatakan kepada Deutsche Welle bahwa masalah utama adalah perbedaan standar yang terlalu lebar. Perbedaan yang dimaksud adalah antara wasit perempuan yang terbaik dengan yang tidak begitu baik.
Meier mengatakan bahwa perbedaan standar itu terjadi karena sejumlah wasit perempuan yang memimpin pertandingan piala dunia ini, di negaranya hanya biasa memimpin pertandingan divisi tiga atau empat liga laki-laki, itupun hanya di depan kerumunan kecil penonton.
Sejumlah suara muncul, untuk menggunakan wasit laki-laki di pertandingan yang tersisa. Tapi wartawan sepakbola Titus Chalk mengatakan bahwa „Bukanlah sebuah jawaban menggunakan laki-laki untuk memimpin pertandingan sepakbola perempuan. Wasit perempuan, justru perlu mendapat dukungan untuk menaikkan level mereka“. Chalk mendukung penggunaan wasit tambahan di belakang gawang untuk mengurangi potensi kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Penulis : Andy Budiman
Editor : Hendra Pasuhuk