PBB Desak Negosiasi 'Cepat' di Pertemuan Iklim di Jerman
7 Juni 2022PBB mendesak negara-negara untuk melipatgandakan upaya guna mencegah bencana lingkungan global dan tidak putus asa dalam pembicaraan awal terkait iklim yang dimulai pada hari Senin (06/6) di Bonn, Jerman.
Dengan dunia menghadapi serangkaian krisis yang mendesak, pejabat tinggi iklim PBB mengimbau para delegasi untuk tidak mengalihkan perhatian mereka dari dampak perubahan iklim yang semakin intensif.
PBB: 'Kita tidak boleh menyerah pada keputusasaan'
Patricia Espinosa, kepala Perubahan Iklim PBB, membuka konferensi dengan seruan mendesak untuk bertindak dan "untuk menggerakkan negosiasi ini lebih cepat."
"Saya mengimbau Anda semua, terutama di masa-masa sulit dan menantang ini, untuk tidak kehilangan harapan, tidak kehilangan fokus, tetapi untuk menggunakan upaya bersama kita melawan perubahan iklim sebagai tindakan utama persatuan antar bangsa," kata Espinosa dalam konferensi tersebut.
Espinosa menyebut harapan untuk menemukan solusi yang komperhensif telah meredup ketika dunia bergulat dengan konflik bersenjata yang memburuk termasuk perang Rusia di Ukraina. Selain itu isu kenaikan harga energi, kekurangan pangan, dan penanganan dampak pandemi virus corona, iklim PBB telah menjadi hambatan pada solusi bersama menyelamatkan bumi.
Harga energi dan pangan yang tinggi menimbulkan masalah bagi hampir semua negara, tetapi khususnya negara berkembang. Hal ini dapat memicu pandangan bahwa pengeluaran untuk lingkungan terasa seperti kemewahan bagi beberapa negara. "Kita tidak boleh putus asa. Kita harus terus bergerak maju," seru Espinosa.
Apa masalah yang paling mendesak?
Delegasi dari hampir 200 negara mengambil bagian dalam konferensi 10 hari di kota Bonn, Jerman bagian barat. Pertemuan ini berusaha untuk meletakkan dasar bagi negosiasi yang akan datang pada konferensi iklim internasional PBB tahun ini, COP27. Acara COP27 akan berlangsung pada November di Sharm el-Sheikh, Mesir.
Fokus utama konferensi tahun ini adalah pada implementasi, khususnya tindakan nyata apa yang telah diambil sejak konferensi iklim tahun lalu di Glasgow, Skotlandia.
Selama KTT iklim internasional terakhir di Glasgow, para delegasi menyetujui seperangkat pedoman untuk menerapkan target guna mengekang emisi gas rumah kaca. Kesepakatan itu bertujuan untuk mengurangi emisi metana, menekan angka deforestasi dan beberapa tindakan lainnya.
Pertanyaan yang harus dihadapi negara-negara, kata Espinosa dari PBB, sekarang adalah "kemajuan apa yang telah Anda buat sejak Glasgow?"
Isu-isu konkret yang dihadapi delegasi selama beberapa hari ke depan di Bonn menyangkut bantuan keuangan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan berkembang yang berjuang dengan dampak perubahan iklim.
Para delegasi juga diharapkan untuk menunjukkan undang-undang, kebijakan, dan program yang akan menerapkan Perjanjian Iklim Paris 2015 ke dalam tindakan. Kesepakatan di Paris telah menghasilkan komitmen bahawa negara-negara yang hadir berkomitmen untuk membatasi pemanasan global hingga "jauh di bawah" 2 derajat Celcius di atas era pra-industri.
Sebuah laporan iklim penting tahun ini menyimpulkan bahwa tindakan segera diperlukan. Penundaan terhadap upaya menyelamatkan bumi akan membuat dunia "kehilangan jendela penutupan yang singkat dan cepat untuk mengamankan masa depan yang layak huni dan berkelanjutan untuk semua."
Saat ini, dunia telah menghangat hampir 1,2 derajat Celcius sejauh ini. Sementara negara-negara melihat peningkatan bencana alam termasuk gelombang panas yang mematikan, badai dan banjir.
rs/hp (AP, AFP, KNA)