Paviliun Indonesia di Konferensi Ikilm Bonn
Dengan mengusung sejumlah isu dan tema perlindungan iklim, Indonesia tampil dengan paviliun bergengsi di arena COP 23 di Bonn. Berseberangan dengan paviliun tuan rumah Jerman dan presiden konferensi iklim COP23, Fiji.
Tampil di Lokasi Bergengsi
Lokasinya tepat berseberangan dengan paviliun tuan rumah Jerman dan presiden konferensi iklim tahun 2017, Fiji. Di paviliun Indonesia juga siap digelar sejumlah pembahasan tema utama, seperti deforestasi, lahan gambut, kawasan hutan mangrove dan target penurunan emisi hingga 2020.
Diresmikan Ketua Delegasi Indonesia
Paviliun yang akan menjadi wajah Indonesia selama berlangsungnya konferensi iklim COP23 di Bonn dari 6.11 hingga 17.11 diresmikan ketua delegasi Indonesia, Dr. Nur Masripatin. Selain peresmian dengan pemukulan gong, juga dilakukan acara pemotongan tumpeng. Sekitar 400 "stake holder" dari Indonesia mengikuti keonferensi iklim COP23 di Bonn, Jerman.
Diramaikan Musik Angklung Nusantara
Warga Indonesia di Bonn tampil dengan musik angklung dan nyayian Indonesia mengiringi pembukaan paviliun. Pavilin Indonesia juga menampilkan berbagai produk ekspor unggulan serta kekayaaan alam.
Lindungi Iklim Dengan Target Ambisius
Indonesia berkomitmen pada konvensi iklim Paris 2015 dengan target penurunan emisi CO2 secara sukarela sebesar 29 perse hingga tahun 2030. Jika program didukung dengan pendanan internasional, target penurunan emisi CO2 bahkan dinaikkan menjadi sebesar 41 persen. Sebagai negara kepulauan, Indonesia diakui rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Mengerem Laju Pemanasan Global
Dunia lebih cerdas dengan aksi kreatif untuk hadapi perubahan iklim. Motto ini terutama akan diwujudkan lewat komitmen Indonesia di bidang kehutanan, pertanian, energi, pengolahan limbah dan proses industri. Indonesia yang negara kepulauan, juga terancam oleh naiknya muka air laut, sama seperti Fiji. Karena itu targetnya kini menahan kenaikan suhu hanya di kisaran 1,5°C