Paus Benediktus dan Turki
30 November 2006Harian Italia La Reppublica yang terbit di Roma menulis:
"Paus mengulurkan tangan kepada Islam, dan sekali lagi menegaskan bahwa kaum Kristen dan Islam sama-sama percaya kepada satu Tuhan. Paus juga mendukung Turki dalam upaya menjadi anggota Uni Eropa dan mengimbau kebebasan beragama baik bagi individu maupun bagi kelompok beragama. Dialog antara umat Kristen dan Islam tidak dilihat hanya sebagai satu kemungkinan, melainkan justru sebagai satu keharusan demi masa depan kehidupan dunia. Kunjungan ini ibarat tur promosi agar kedua pihak kembali menjalin hubungan dan persahabatan.“
Harian Spanyol El Mundo yang terbit di Madrid berkomentar:
"Ketika berangkat dari Roma, Paus menekankan bahwa perjalanannya ke Turki adalah perjalanan spiritual, bukan politis. Yang terjadi sebaliknya. Pertemuan dengan pimpinan gereja Ortodoks malah tidak jadi sorotan. Kunjungan ke Turki makin mirip pertemuan puncak diplomatik. Paus Benediktus XVI ingin merintis kerukunan dan berusaha menghindari tindakan yang bisa diinterpretasi secara negatif. Sekalipun demikian, Paus hendaknya juga tidak menutup mata bahwa di banyak negara Muslim, kaum minoritas Kristen masih ditekan.“
Harian New York Times justru menyoroti isu minoritas yang tertekan dan menulis:
“Jika Paus mengangkat isu hak-hak kaum Kristen di Turki dan di negara-negara Muslim lain, ia hendaknya tidak lupa, bahwa di Barat pun kelompok minoritas masih harus menempuh jalan panjang memperjuangkan hak-hak mereka. Paus dan tuan rumah Turki harus memperhatikan ini, sekalipun ada berbagai perbedaan pendapat. Di Turki memang perlu ada perdebatan tentang hak kaum minoritas, pada saat yang sama hal ini perlu juga dibahas di Barat. Benediktus bisa membantu mendorong perdebatan ini sekaligus mendorong hubungan lebih baik antara agama-agama.“
Sementara harian ekonomi Jerman Handelsblatt menilai kunjungan Paus ke Turki sebagai langkah maju.
"Akhirnya terjadi juga, jabat tangan antara Paus Benediktus XVI dan Perdana Menteri Turki Erdogan. Pimpinan gereja Katolik dan pimpinan partai Islam bertemu di Ankara dan berbicara tentang masalah agama dan dunia. Ini aadalah kemajuan penting. Keduanya melakukan langkah berani. Benediktus XVI berani berhadapan dengan para pengeritik setelah pernyataannya yang disalahpahami sempat mendatangkan kekalutan. Erdogan berani melakukan pertemuan, sekalipun di dalam negeri banyak protes dan pertemuan itu hampir dibatalkan. Erdogan mengirim sinyal kepada masyarakat Turki dan juga kepada Eropa.“