Panen Padi Minim Bisa Picu Harga Beras
22 Januari 2016Pejabat pertanian di Indonesia sudah biasa melakukan penggelembungan angka panen padi untuk menyajikan gambaran baik kepada pemerintah pusat. Karena jika panen padi baik, maka subsidi pertanian akan mengalir dengan lancar.
Tapi kali ini, penggelumbungan angka panen padi bisa berakibat fatal. Karena dalam kenyataannya. Panen padi merosot tajam akibat fenomena El Nino.
Dalam minggu pertama Januari 2016, penyerapan beras dan gabah badan logistik misalnya hanya mencapai 1.000 ton. Padahal dalam kondisi normal, Bulog bisa menyerap rata-rata 10.000 ton per hari, bahkan pada musim panen sampai 15.000 ton per hari.
Direktur Utama Bulog, Djarot Kusumayakti mengatakan, minimnya hasil panen beras dan gabah disebabkan mundurnya masa tanam pada tahun lalu. Sehingga bulan Januari 2016, hanya sedikit tanaman padi yang memasuki masa panen.
Mengejar Target Jokowi
Penggelembungan data panen padi makin menjadi-jadi, karena Presiden Joko Widodo ketika dilantik sebagai presiden tahun 2014 segera mencanangkan program swasembada beras. Akhirnya, para pejabat di dareh berlomba-lomba menyodorkan angka keberhasilan.
"Angka-angka ini sangat dibesar-besarkan," kata seorang pejabat senior pemerintah, yang menolak disebutkan namanya kepada kantor berita Reuters.Beras memang soal sensitif di Indonesia. "Kami sekarang berusaha keras menyiapkan persediaan yang cukup, jika ada gagal panen pada periode Februari dan Maret", lanjut pejabat itu.
Seorang pejabat pemerintah lainnya membenarkan penggelembungan angka-angka prediksi panen padi itu. Jika data-data panen benar, seharusnya ada puluhan juta ton padi di gudang-gudang penyimpanan. Tapi kenyataannya, beras di pasaran makin langka.
Bulan lalu, pemerintah Indonesia terpaksa mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam untuk menjamin pasokan beras yang cukup dan menjaga kestabilan harga. Harga beras, belajar dari pengalaman-pengalaman lalu, memang bisa jadi isu kritis yang bahkan menumbangkan sebuah pemerintahan.
Karena data buruk, kebijakan kacau
Dwi Andreas Santosa, profesor di Institut Pertanian Bogor, mengatakan penjelitiann dan perhitungannya menunjukkan bahwa statistik pemerintah Indonesia untuk produksi beras pada tahun 2015 sekitar 17-19 persen lebih tinggi dari perkiraan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Padahal data-data USDA biasanya dijadikan patokan global untuk perkiraan panen.
Profesor Santosa menerangkan, dia sudah mewawancarai petani di 61 wilayah Indonesia dan menemukan bahwa panen padi benar-benar anjlok. Di 67 persen wilayah yang dia teliti, panen padi rata-rata turun 20 persen.
"Karena data produksinya tidak bisa dipercaya,akibatnya kebijakan pangan pemerintah salah dan kacau", ujar Santosa. Buruknya panen tahun ini diperkirakan akan membuat harga beras terus naik.
Anomali cuaca El Nino tidak hanya terjadi di Indonesia. Situasi serupa juga dihadapi oleh India. Artinya, permintaan beras secara global akan naik, sementara suplai menyusut. Akibatnya, harga beras di pasaran dunia pasti melonjak lagi. Di Indonesia, El Nino diperkirakan memperlambat masa tanam padi sampai bulan April mendatang.
hp (rtr)