Usul Reformasi NSA
19 Desember 2013Sebuah laporan tentang praktek kontroversial National Security Agency (NSA) dipublikasikan Gedung Putih, Rabu (18/12). Presiden Barack Obama, yang bertemu dengan anggota panel bernama "Review Group on Intelligence and Communications Technologies" itu tidak harus menerima usulan tersebut.
Penelitian panel itu menyusul pembocoran informasi tentang aktivitas penyadapan NSA oleh mantan anggota dinas rahasia Edward Snowden. Pembocoran informasi tersebut kemudian diikuti kemarahan dari banyak negara yang bersekutu dengan AS, juga aktivis HAM. Laporan Snowden juga memalukan bagi Washington, dan menyulut pertanyaan di masyarakat AS, tentang keseimbangan antara privasi individu dan perang melawan terorisme yang dijalanankan AS.
Standar Panutan
46 rekomendasi yang diajukan panel juga mencakup reformasi pengadilan keamanan negara yang berkedudukan di Washington, dan mengakhiri pengumpulan metadata hubungan telefon. Pengawasan harus dijalankan dengan standar-standar tertentu dan oleh pejabat tinggi pemerintahan. Demikian kesimpulan panel itu.
Menurut laporan yang tebalnya 308 halaman itu, pemerintah AS harus membicarakan kesepakatan tentang praktek mata-mata "dengan beberapa negara yang jadi sekutu dekat AS." Hasil kerja panel juga menyebut "langkah-langkah penting" yang harus diambil "untuk menjaga privasi orang-orang yang bukan warga AS," dan mendorong kerjasama lebih banyak dengan negara sekutu, untuk mencegah konsekuensi negatif bagi diplomasi. Diperkirakan Presiden Barack Obama akan mempelajari laporan tersebut pekan depan, ketika mengadakan liburan Natal di Hawaii. Kemungkinan ia akan memberikan keputusan Januari mendatang.
Mekanisme 'Lebih Transparan'
Richard Clarke, seorang mantan pekerja Gedung Putih di bidang penanganan terorisme, yang juga menjadi anggota panel mengatakan, "Itu bukan berarti perjuangan terhadap terorisme sudah berakhir."
Clarke mengatakan, ada mekanisme yang bisa lebih transparan. Ia juga menegaskan pentingnya memberikan lebih banyak rasa percaya kepada publik, daripada yang diberikan saat ini.
Menurut dokumen yang dibocorkan Snowden, sebuah pengadilan di Washington secara rahasia mengijinkan pengumpulan data hubungan telefon di AS. Menurut dokumen lain, NSA juga memonitor kepala negara dan politisi negara lain, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Brazil Dilma Rousseff.
ml/hp (rtr, dpa, afp)