Gefährliches Doppelspiel
Pakistan dan Amerika Serikat mempunyai hubungan yang terus berubah-ubah: Di tahun 1980an, Islamabad dan Washington mempunyai hubungan erat. Paling tidak sampai tahun 1988/1989, ketika Tentara Merah Uni Sovyet ditarik dari Afghanistan. Lalu Amerika kehilangan minat terhadap Pakistan.
Baru setelah serangan 11 September 2001, Amerika Serikat kembali tertarik dengan Pakistan, terutama sebagai jalur persediaan bagi perjuangan melawan Taliban dan Al Qaida. Memang Pakistan setuju dengan kerjasama strategis ini, tetapi sebernarnya hanya setengah hati. Karena Islamabad juga menjaga hubungan baik dengan rezim Taliban dan sampai sekarang masih mempunyai kepentingan ekonomi di negara tetangga.
"Kepentingan Pakistan yang lain adalah untuk mempunyai strategi mendalam di Afghanistan. Bagi Pakistan penting, bahwa ada pemerintahan di Afghanistan, yang mendukung kepentingan Pakistan," demikian dijelaskan oleh pakar Asia Selatan Conrad Shetter.
Karena itu Pakistan juga tidak berminat untuk bertindak keras melawan Taliban, yang sebenarnya mantan sekutunya. Yang dimaksud dengan strategi mendalam di Afghanistan adalah dimilikinya sebuah wilayah untuk menarik mundur tentara Pakistan jika Pakistan berperang dengan India. Kedua negara ini sudah berperang tiga kali. Sampai sekarang masalah perbatasan kedua negara tetap belum terpecahkan. Isu rivalitas kedua negara bisa menjadi bahan yang cukup bagi konflik selama puluhan tahun.
Sekutu lawan India
Strategi terbaru Islamabad adalah mencari mitra kerjasama erat dengan fundamentalis, ujar pakar teror Pakistan Rahimullah Yusufzai. Pakistan menganggap, para fundamentalis memang menentang India, karena India bukan lah negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Jika Islamabad kembali perang dengan India, pihaknya didukung oleh Afghanistan. Taliban, yang bertujuan mendirikan sebuah negara Islam di Hindukush, cocok sekali bagi rencana Pakistan bagi wilayah ini.
Ini adalah sebuah politik, yang menurut Yusufzai, tidak bisa atau tidak mau dimengerti oleh Barat. "Perbedaan pendapat antara Pakistan dan Amerika Serikat, serta negara-negara Barat lainnya, terletak di politiknya terkait Taliban. Pakistan menginginkan pemecahan masalah secara politis dan ingin berunding dengan Taliban. Selain itu Pakistan ingin memainkan peranan yang menentukan dalam perundingan tersebut. Tetapi Amerika Serikat tetap ingin mengalahkan Taliban," kata Yusufzai.
Pesan Jelas Amerika Serikat
Sekarang ini pemerintah Amerika Serikat juga mendukung opsi perundingan. Tetapi sebelumnya Taliban harus berpisah dari jaringan teror Al Qaida. Sekitar 100.000 prajurit Amerika Serikat di Afghanistan diharapkan bisa memaksa Taliban ikut serta dalam perundingan perdamaian. Ancaman pesawat tempur tak berawak di daerah-daerah persembunyian Taliban merupakan sebagian dari strategi Taliban. Pesan dari Amerika Serikat jelas: Pihaknya tidak akan mentolerir kerjasama antara Pakistan dan para teroris.
Menurut pakar politik Jochen Hippler, beberapa perwakilan pemerintah di Islamabad mengerti pesan ini. "Banyaknya korban kekerasan di Pakistan di beberapa tahun terakhir, ada hubungannya dengan perang di Afghanistan. Perang ini sebagian mempunyai dampak ke Pakistan. Tetapi membuat Afghanistan tidak stabil, dalam jangka panjang ini akan merugikan Pakistan, daripada menguntungkannya."
Namun sejumlah pakar tidak yakin, bahwa pemerintah Pakistan bisa memutar arus politiknya 180 derajad. Militer Pakistan sangat kuat dan dinas rahasianya juga sangat berpengaruh, bahkan kadang yang justru yang memberi perintah. Tetapi negara ini juga tidak mau kehilangan bantuan dari Washington yang bernilai milyaran Dollar setiap tahunnya.
Menurut pandangan pakar, pemerintah di Islamabad memainkan permainan ganda, untuk memuaskan keinginan sekutunya yang fundamentalis, dan di saat yang bersamaan juga memuaskan pemerintah Amerika Serikat. Sebuah permainan yang tidak akan ditolerir Amerika Serikat lagi untuk jangka waktu yang lebih panjang.
Kemitraan yang Sulit
Tetapi untuk mendorong Pakistan agar berubah, Washington harus mempunyai kesabaran tinggi, kata Henning Riecke, pakar AS di Institut Jerman bagi politik luar negeri DGAP. Pemerintah Amerika sendiri tidak punya banyak pilihan lain, "Amerika mencoba memperbesar tekanan bagi Pakistan. Di saat bersamaan, mereka juga tahu, jika tekanan ini terlalu besar, pemerintah yang lemah di Islamabad akan kehilangan stabilitas. Kalau begitu kerugiannya akan lebih banyak. Karena kemungkinan kekuatan Islamis juga bisa menang." Dan tentu hal ini tidak diinginkan Amerika Serikat, lanjut Rieke.
Washington dan Islamabad tetap mempunyai kepentingan berbeda dalam perjuangannya melawan Taliban dan Al Qaida di Afghanistan. Tetapi mereka tetap berada dalam kemitraan yang sulit, yang saling menghubungkan dan kedua pihak saling bergantung satu sama lain."
Ratbil Shamel/Anggatira Gollmer
Editor: Yuniman Farid