041011 Pakistan Afghanistan
5 Oktober 2011Israr Shah seorang politisi, ia kehilangan kedua kakinya dalam serangan tahun 2007. "Anda lihat, saya duduk di sini dengan separuh tubuh saya. Saya adalah simbol dari orang-orang yang menjadi korban."
Shah berasal dari partai paling liberal, paling internasional, paling barat di Pakistan. Toh ia berkesimpulan bahwa menjadi mitra AS dalam perang melawan teror adalah sebuah kesalahan. Betul bahwa kekerasan bergolak di Pakistan sejak perang dimulai di Afghanistan, Oktober 2001. Pertanyaannya, mengapa?
"Saya pikir persoalannya menyangkut tentara dan dinas rahasia Pakistan, dimana mereka menjalankan politik yang diijinkan oleh Amerika Serikat, yaitu kejar Al Kaida, tapi lanjutkan dukung Taliban", sesal pakar Taliban Ahmed Rashid beberapa tahun lalu dalam wawancara dengan Radio Jerman ARD.
Akibatnya, Taliban Afghanistan, yang terusir tapi tidak ditumpas habis tahun 2001, dapat kembali berkembang dalam ketenangan di Pakistan. Dan saat itulah Taliban Pakistan muncul sebagai gerakan.
Dengan keterbukaan yang tidak diplomatis, Amerika Sserikat (AS) baru-baru ini mengeluhkan militer Pakistan yang sampai saat ini tidak mengambil tindakan, sekurangnya terhadap ekstrimis Afghanistan.
"Jaringan Hakkani-Netzwerk bekerja sebagai perpanjangan tangan ISI", kata petinggi militer AS Mike Mullen. Secara terbuka ia menuduh dinas rahasia Pakistan mendukung sebuah bagian dari Taliban.
Pernyataan yang entah akibat frustasi, atau karena sangat yakin bahwa tekanan akan memberi hasil. Satu hal yang jelas, ketika jalur diplomasi ditinggalkan, AS dengan cepat mendarat di tiang terhukum di Pakistan.
"Anda akan kehilangan sekutu, Anda tidak akan mampu mengucilkan Pakistan dan rakyatnya", tandas Menlu Hina Rabbani Khar kepada AS.
Cekcok terbaru memunculkan pertanyaan apakah kini AS dan Pakistan betul-betul sekutu, atau lebih merupakan seteru? Atau, seteru yang bersekutu. Fakta bahwa barat berkomitmen mundur dari Afghanistan tahun 2014, semakin meneguhkan Pakistan untuk menjaga semua opsi, termasuk Taliban.
"Babak final di Afghanistan dimulai sekarang. Dan Pakistan harus yakin bahwa kepentingannya tetap terjaga. AS menarik diri, tetapi kami harus berurusan dengan tetap Afghanistan, selamanya", kata pakar politik Quatrina Hosain.
Mengingat keduanya, AS dengan dukungan bersahabat Pakistan, berhasil melawan monster Frankenstein bernama islamisme dalam perang melawan Uni Soviet, di Afganistan tahun '80-an, adalah logis jika keduanya berusaha untuk bersatu kembali.
Namun, dalam hubungan AS dan Pakistan saat ini, sepertinya tak tempat bagi ikatan atau kepentingan bersama.
Kai Küstner/ Renata Permadi
Editor: Hendra Pasuhuk